Harita Group Butuh Bantuan Bangun Smelter Bauksit Senilai Rp 29,6 T
Pemegang saham utama adalah PT Chinna Hongqiao sebanyak 60 persen dan sisanya dari PT Winning Investment.
Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, KETAPANG -- Harita Group melalui anak perusahaannya PT Citra Mineral Investindo terancam tidak bisa melanjutkan keikutsertannya dalam pembangunan Alumunia Refinery dalam konsorsium PT Well Harvest Winning Alumunia Refinery (PT WHW) di Ketapang, Kalimantan Barat.
Harita adalah pemilik saham 30 persen dalam proyek bernilai Rp 29,64 triliun atau 2,28 miliar dolar Amerika Serikat itu. Pemegang saham utama adalah PT Chinna Hongqiao sebanyak 60 persen dan sisanya dari PT Winning Investment.
Head External Relation Harita Group, Agus Rusli, mengatakan pembangunan smelter tersebut adalah untuk mendukung UU Nomor 4 Tahun 2009 untuk mensukseskan program hilirisasi industri bauksit nasional.
Sayang, Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1 Tahun 2014 tentang larangan ekspor bauksit menyebabkan kegiatan perusahannya benar-benar berhenti.
"Pelarangan ekspor bauksit telah menyebabkan Harita Group tidak mampu menghimpun dana dari hasil penjualan. Kondisi demikian sangat mengganggu pendanaan PT Well Harvest Winning Alumunia Refinery yang sedang dibangun untuk memurnikan metalurgical bauxite grade menjadi smelter grade alumunia," ungkap Agus di Ketapang, Rabu (5/8/2015).
Agus mengakui kondisi seperti ini menurunkan kepercayaan dari kreditor dan menempatkan pengusaha khususnya Harita Group pada posisi tertekan di hadapan mitra strategisnya.
Agus mengkritisi kebijakan pemerintah yang melarang ekspor bauksit yang pada gilirannya dapat menggagalkan program hilirisasi mineral bauksit.
Kata Agus, pihaknya harus merelakan potensi pendapatan dari penjualan 12 juta ton Metalurgical Grade Bauxite (MGB) setara Rp 5,46 triliun. Padahal, uang itu bisa digunakan untuk membangun smelter yang pertama kali dibangun di Indonesia itu.
Agus mengungkapkan saat ini adalah saat kritis yang dialami perusahannya karena pembangunan smelter sudah mencapai 70 persen. Perusahaan saat ini sedang membangun alumunia refinery tahap I dan infastruktur penunjangnya meliputi living quarter, water intake, power plant berkapasitas 160 MW, dan pelabuhan.
Smelter tersebut nantinya akan bisa mencapai produksi smelter grade alumina sebesar 4 juta ton per tahun. Pembangunan dilakukan dalam dua tahap. Tahap I untuk line dengan kapasitas produksi SGA dua juta ton per tahun dan tahap II untuk line dengan kapasitas 2 juta ton per tahun. Keseluruhan pembangunan direncanakan selesai pada 2020.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.