Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Bisnis Es Potong yang Tak Lekang Dimakan Zaman

Pada tahun 1980-an, es potong sangat popular di masyarakat. Aneka rasanya yang manis dan segar, membuat es potong disukai anak-anak

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Bisnis Es Potong yang Tak Lekang Dimakan Zaman
Jalan2.com
Ilustrasi es potong 

TRIBUNNEWS.COM -- Banyaknya penggemar es potong, membuat penganan ini tak terlindas zaman. Sejalan dengan tren penjualan es krim potong asal Singapura, kini banyak pelaku usaha di Indonesia yang mengadopsi konsep bisnis serupa. Pelaku usaha menilai bisnis ini masih memiliki prospek cerah. Dalam sebulan, pebisnis bisa meraup omzet berkisar Rp 15 juta hingga Rp 30 juta.

Pada tahun 1980-an, es potong sangat popular di masyarakat. Aneka rasanya yang manis dan segar, membuat es potong disukai anak-anak hingga dewasa. Banyaknya penggemar es potong, membuat penganan ini tak terlindas zaman.

Meski tak seramai dahulu, saat ini masih ada beberapa pelaku usaha yang tertarik menggeluti bisnis es potong. Hanya, konsep produk yang dijual berbeda dengan es potong di zaman baheula.

Kini, es potong yang banyak dijajakan bukan lagi berbentuk bulat memanjang atau kotak persegi empat. Tapi, berbentuk es krim dengan balutan roti tawar.

Sejalan popularnya es krim potong asal negeri jiran Singapura pada tahun lalu, kini banyak pelaku usaha di Indonesia yang mengadopsi konsep bisnis serupa.

Salah satu pebisnis es krim potong Singapura adalah Emelia Ariyani yang mengusung bendera usaha Es Krim MR 7. Emelia merintis usaha ini sejak Januari 2015. Saat ini, Emelia punya lima gerai Es Krim Mr 7, yang semuanya berada di Cikarang, Jawa Barat.

Ada sejumlah varian rasa Es Krim MR 7. Antara lain, blueberry, cokelat, durian, green tea, kacang hijau, leci, stroberi, dan vanilla. Satu porsi es krim potong Mr 7 dibanderol Rp 10.000 per porsi. “Yang paling laris rasa cokelat,” kata Emelia.

Berita Rekomendasi

Dia mengaku, dalam sehari, satu gerai Es Krim Mr 7 bisa menjual 50 hingga 100 es potong. Dengan penjualan sebanyak itu, omzet satu gerai bisa Rp 500.000-Rp 1 juta per hari atau Rp 15 juta-Rp 30 juta per bulan

Pemain lainnya adalah Diana Purnomo. Dengan merek dagang Es Potong Wuppy, Diana menjalani usahanya sejak 2008. "Saya membeli pasokan es potong dari salah satu pabrik di Bekasi," ungkap Diana.

Diana mengaku tertarik menekuni bisnis es potong Singapura karena banyaknya penggemar kudapan ini. Jadi, dia menilai bisnis ini masih memiliki prospek cerah.

Diana menjual 10 varian rasa es potong mulai dari alpukat, durian, ketan hitam, kacang merah, kacang hijau, jagung, kelapa muda, nangka, dan mocha. Harga jualnya lebih murah dari Es Krim Mr 7, yakni Rp 4.000 per porsi.

Dia mengklaim, es potong buatannya juga punya keunggulan. Salah satunya, bahan baku es potongnya tanpa za pengawet dan pewarna. "Kami pakai gula asli untuk bahan es potong. Jadi, tidak membuat mual perut konsumen," ujarnya.

Menurut Diana, dalam sebulan, ia bisa menjual lebih dari 100 porsi es potong. Selain menjual secara offline di rumahnya, ia juga menerima pemesanan untuk acara arisan, pernikahan, ulang tahun, hingga reuni. Sayang, Diana enggan membeberkan omzet usahanya. (Silvana Maya Pratiwi)

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas