Pebisnis Cemas, Nilai Tukar Rupiah Sentuh Rp 14 Ribu Per Dolar AS
Penguatan dolar akan membawa dampak negatif pada bisnis perhotelan dan restoran.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR -- Pelaku bisnis nasional tak terkecuali di Sulawesi Selatan (Sulsel) kian cemas dengan semakin terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pasar keuangan Indonesia terguncang. Pada akhir perdagangan Senin (24/8), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok nyaris 4 persen di level 4.164.
Di pasar spot, kemarin, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 0,78 persen ketimbang akhir pekan lalu menjadi Rp 14.050. Begitu juga kurs tengah Bank Indonesia (BI), posisi rupiah meluncur 0,74 persen ke Rp 13.998.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulsel, Anggiat Sinaga, mengatakan, penguatan dolar akan membawa dampak negatif pada bisnis perhotelan dan restoran.
“Saya berharap pemerintah tidak menambah kondisi yang sudah semakin terpuruk dengan memberikan solusi yang tepat untuk mengendalikan kurs agar ekonomi tetap bergerak positif. Perbankan juga tidak serta merta menaikkan suku bunga,” katanya.
Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Sulsel, Amirullah Abbas, menjelaskan, pengusaha dan industri semakin berat bertahan di tengah nilai tukar mata rupiah yang terus melemah. Keadaan perekonomian bisa semakin kritis jika pemerintah tidak segera menanganinya melalui formulasi ekonomi yang tepat sasaran.
Apalagi pada semester pertama tahun ini kebijakan tata kelola perekonomian belum berjalan maksimal. “Pemerintah harus segera melakukan intervensi minimal percepatan serapan anggaran. Sudah hampir setahun serapan anggaran kita belum sampai 30 persen. Bagaimana ekonomi berputar,” jelasnya.
Jika kondisi ini berkepanjangan, bisa dipastikan pemutusan hubungan kerja (PHK) bisa terus terjadi tak terkecuali di Sulsel. “Di Jakarta PHK bukan lagi isapan jempol. Sulsel tentu tinggal menunggu waktu. Industri kita 80 persen masih mengandalkan impor dan dengan kondisi saat ini akan semakin sulit menyeimbangkan bisnis,” jelasnya.