Rupiah Melemah, Utang Valas Perbankan Naik 15 Persen
Dalam situasi pelemahan nilai tukar rupiah yang kian mencemaskan, utang luar negeri perbankan Indonesia kian meningkat.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam situasi pelemahan nilai tukar rupiah yang kian mencemaskan, utang luar negeri perbankan Indonesia kian meningkat.
Mengutip data Bank Indonesia (BI) per semester I-2015, utang valas perbankan meningkat 15,53 persen menjadi 31,7 miliar dolar AS.
Bank swasta menyumbang 15,2 miliar dolar AS atau setara 47,89 persen terhadap total utang tersebut. Sedangkan bank swasta campuran memberikan kontribusi hingga 27,57 persen. Adapun, bank pelat merah menyumbang sekitar 13,5 persen.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara bilang, BI sebagai regulator telah menerapkan pagu maksimal utang. “Sebenarnya utang luar negeri perbankan nilainya tidak besar, karena ada batas devisa neto." kata Tirta, kepada KONTAN, pekan lalu.
Tirta mengaku, BI telah mengawasi secara ketat posisi utang valas perbankan, karena dikhawatirkan bisa memberikan dampak negatif bagi kinerja bank. Sebab, bank harus membayar beberapa biaya, semisal hedging, terkait utang tersebut.
Sebagai gambaran lebih rinci, pertumbuhan tertinggi utang valas hingga medio tahun 2015 dicetak bank swasta asing sebesar 32,14 persen. Disusul bank BUMN 17,63 persen, dan bank swasta nasional sebesar 86 persen.
Jika dirinci berdasarkan jangka waktu, utang jangka pendek kurang dari 1 tahun memiliki porsi 61,68 persen. Sedangkan sisanya utang jangka panjang.
Terkait utang luar negeri ini, Bank Rakyat Indonesia (BRI) justru mengaku sedang menunggu izin BI untuk pengucuran komitmen pinjaman senilai 550 juta dolar AS dari 11 bank asing. Pinjaman itu akan BRI alokasikan untuk refinancing utang jatuh tempo dan ekspansi kredit perseroan di semester II.
“Pinjaman luar negeri hanya akan diambil jika ada permintaan pembiayaan. Di luar itu, pinjaman dipakai untuk mengganti pinjaman yang jatuh tempo,” kata Haru Koesmahargyo Direktur Keuangan BRI kepada KONTAN, Minggu (23/08).
Meski tidak menyebutkan jumlahnya, Haru mengatakan, sampai akhir semester I, permintaan kredit dan simpanan valas BRI mengalami tren penurunan.(Galvan Yudistira)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.