Presiden Buruh Peringatkan 'Arab Spring' Bisa Terjadi di Indonesia
Dengan gini ratio 0,42, hanya masyarakat kelas menengah ke atas saja yang dapat menikmati pertumbuhan ekonomi
Penulis: Edwin Firdaus
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengungkapkan angka kesenjangan antara kaya dan miskin (gini ratio) di Indonesia sudah sangat timpang. Bahkan kata dia, situasi ini semakin mengkhawatirkan.
"Saya tanya Pak Menkopolhukam kemarin saat demo. Beliau mengatakan jika gini ratio kita 0,42. Ini sudah berbahaya, tapi pemerintah masih saja berlagak optimis," kata Said saat diskusi dalam Forum Senator Untuk Rakyat bertajuk "Ekonomi PHP nyatanya PHK" di bilangan Cikini, Jakarta, Minggu (6/9/2015)
Kata Said, dengan gini ratio sebesar itu, hanya masyarakat kelas menengah ke atas saja yang dapat menikmati pertumbuhan ekonomi. Sementara, masyarakat kelas menengah bawah tidak akan memperoleh dampak signifikan dari pertumbuhan ekonomi itu.
"Buat apa ekonomi tumbuh kalau gap antara yang kaya dan miskin makin lebar?" kata Said.
Menurut Said, angka 0,42 seharusnya bikin pemerintah hati-hati. Apalagi bila mencontoh gelombang revolusi unjuk rasa dan protes terjadi di dunia Arab atau yang dikenal Arab Spring. Saat itu tingkat gini rasio di sana, khususnya di negara Tunisia sudah mencapai angka 0,51 persen.
"Kalau angka gini ratio terus meningkat sampai diatas 0.50 persen, jangan kaget masyarakat akan bergerak untuk memperbaiki kondisi yang terjadi. Buruh bisa kondisikan gelombang Arab spring di Tunisia terjadi di Indonesia, karena di Tunisia juga buruh yang bergerak," kata Said.