Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Dirut PLN Belum Mau Hapus Listrik Prabayar yang Gunakan Pulsa

Meski dinilai merugikan masyarakat, Sofyan belum mau menghapus listrik prabayar yang menggunakan pulsa tersebut

Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Dirut PLN Belum Mau Hapus Listrik Prabayar yang Gunakan Pulsa
Logo PLN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Zulfikar

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basyir mengakui adanya potongan administrasi untuk setiap pelanggan yang melakukan isi ulang pulsa listrik yang dikeluhkan Menko Maritim Rizal Ramli. Potongan administrasi itu dikenakan setiap pelanggan melakukan isi ulang.

Meski dinilai merugikan masyarakat, Sofyan belum mau menghapus listrik prabayar yang menggunakan pulsa tersebut. Alasannya, listrik yang menggunakan token pulsa masih dibutuhkan masyarakat.




"Ada keringanan pakai token, masyarakat jadi gampang sekali. Yang pakai token itu rakyat kecil," kata Sofyan di gedung DPR, Jakarta, Selasa (8/9/2015).

Sofyan mengatakan, untuk mereka yang memiliki rumah besar memang biasanya pakai listrik meteran. Menurutnya, belum ada keputusan kepada masyarakat yang akan pasang listrik baru harus pakai listrik meteran.

"Itu baru disampaikan usulannya, nggak jadi keputusan. Kalau keputusan harus dari kementerian terkait," tandasnya.

Sebelumnya, Menko Maritim Rizal Ramli meminta Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basyir untuk menetapkan biaya administrasi maksimal untuk pulsa listrik. Sebab, kata Rizal, masyarakat pelanggan pulsa listrik sistem prabayar sering kali mendapat pulsa listrik jauh lebih rendah daripada nominal yang dibeli.

BERITA TERKAIT

"Mereka membeli pulsa Rp 100.000, ternyata listriknya hanya Rp 73.000. Kejam sekali, 27persen kesedot oleh provider yang setengah mafia," kata Rizal saat konferensi pers di Jakarta, Senin (7/9/2015).

Menurut dia, keuntungan yang diraup provider pulsa listrik sangat besar. Rizal pun membandingkan dengan pulsa telepon seluler. Pertama, tidak seperti pulsa listrik, pulsa telepon dapat dibeli dengan mudah di mana pun.

"Kedua, kita beli pulsa isi Rp 100.000, kita hanya bayar Rp 95.000 karena itu kan uang muka. Provider bisa taruh uang mukanya di bank dan dapat bunga," ujar Rizal.

Selain soal mahalnya biaya administrasi untuk pulsa listrik, Rizal juga menyoroti kebijakan pulsa listrik itu sendiri. Menurut Rizal, hal tersebut disebabkan adanya monopoli di tubuh PLN.

"Di zaman dulu sampai sekarang, masyarakat itu diwajibkan pakai pulsa karena ada yang 'main' monopoli di PLN di masa lalu," kata Rizal.

"Itu kejam sekali karena ada keluarga yang anaknya masih belajar pukul delapan malam pulsa listriknya habis, padahal tidak semudah nyari pulsa telepon. Nyarinya susah," ujar dia.

Atas dasar itu, dia pun meminta dua hal kepada Sofyan Basyir. Pertama, PLN harus menyediakan masyarakat pilihan listrik meteran atau pulsa listrik. Kedua, biaya maksimal administrasi pulsa listrik Rp 5.000 sesuai dengan kesanggupan PLN. "Menurut saya, mohon segera dilakukan dua keputusan tadi," kata dia kepada Sofyan Basyir.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas