Pengusaha Mebel: Tak Adil Meraup Untung karena Menguatnya Dolar
Anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berdampak pada meningkatnya nilai ekspor mebel, tapi pengusaha mebel tak menganggapnya keuntungan.
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adiatmaputra Fajar Pratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berdampak pada meningkatnya nilai ekspor mebel, namun pengusaha menyayangkan karena mereka untung bukan lewat persaingan mutu.
Sekjen Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia, Abdul Sobur, mengatakan sejak nilai tukar melemah dari Rp 9.000 per dolar AS sampai sekarang Rp 14 ribu, penghasilannya di binis mebel bertambah 50 persen.
Ke depan Abdul Sobur berharap keuntungan yang ia dapatkan bukan karena ekspor naik karena dolar menguat tapi berdasar kualitas produk dalam negeri.
"Kita dapat uang banyak hampir 50 persen tapi bukan dapat presetasi yang kami rancang," ujar Sobur kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (19/9/2015).
Sobur memastikan pengusaha mebel ingin membantu negara di saat ancaman krisis ekonomi melanda. Tidak adil banyak pengusaha mendapat keuntungan secara sepihak karena anjloknya nilai tukar rupiah.
Tujuan utama pengusaha mebel meningkatkan keuntungan dengan cara ntuk mendorong industri dalam negeri dapat lebih bersaing di pasar luar. Karena persaingan produk dengan negara lain terus terjadi meski nilai tukar rupiah ke depannya bisa menguat kembali.
"Semua negara punya benchmarking Indonesia punya sisi running atau tidak, ke Eropa atau Jepang terlalu jauh. Kita lihat Tiongkok sebagai kompetitor kita," beber Sobur.