Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pemerintah Punya Andil Terhadap Pelemahan Mata Uang Rupiah

Persoalannya memang pemerintah sendiri yang membuka ruang bagi spekulasi itu

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Pemerintah Punya Andil Terhadap Pelemahan Mata Uang Rupiah
TRIBUNNEWS.COM/DANY PERMANA
Direktur INDEF, Enny Sri Hartati 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Enny Sri Hartati meyakini, terus terpuruknya rupiah tak hanya karena keputusan penundaan kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) semata.

Pengamat Ekonomi sekaligus Direktur Eksekutif Institute National Development and Financial (Indef), ini berpendapat,  Pemerintah punya andil terhadap pelemahan mata uang garuda tersebut dengan ikut menciptakan ketidakpastian di pasar valas.

"Pasar uang itu kan ruang untuk spekulasinya tinggi. Persoalannya memang pemerintah sendiri yang membuka ruang bagi spekulasi itu," ujar Enny di Jakarta, Jumat (25/9/2015).

Ruang yang dimaksud tersebut yaitu adanya beberapa informasi kepada para pelaku pasar mengenai kemungkinan bila rupiah tembus Rp 15.000 per dollar AS.

Dia melanjutkan, kabar tersebut kian santer ditelinga pasar setelah ada Menteri BUMN Rini Soemarno pergi ke Tiongkok untuk meminjam sejumlah uang.

Pasar kata Enny, menilai kejadian-kejadian itu memiliki benang merah.

Selain itu kata dia, pasar juga mendengar bank-bank BUMN "dipaksa" untuk membiayai rencana pembangunan kerata cepat yang saat ini ada dalam kewenangan Kementerian BUMN.

BERITA REKOMENDASI

"Orang jadi khawatir rupiah akan terus melemah dan akhirnya orang jadi borong dollar AS. Pasar juga khawatir defisit neraca perdagangan dengan Tiongkok terus melebar," kata Enny.

Menurut dia, pemerintah seharusnya menghentikan ketidakpastian di pasar uang dengan memberikan kejelasan dalam setiap program pemerintah.

Selama ini tutur Enny, pemerintah terkesan tak kompak saat menggulirkan suatu program. Akibatnya, pasar tak bisa membaca arah kebijakan pemerintah sehingga ruang ketidakpastian itu terus semakin lebar. Begitu kata Enny.

Beban pelemahan rupiah ini menurut dia tak bisa dibebankan kepada otoritas moneter semata yaitu Bank Indonesia (BI).

Cadangan devisa yang dimiliki BI memiliki angka yang terbatas dan tak mungkin terus-terusan disuntikkan ke pasar uang untuk menjaga nilai tukar rupiah.

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot, Jumat (25/9/2015) dibuka melemah ke posisi Rp 14.706 per dollar AS, lebih rendah dibandingkan penutupan sebelumnya pada 14.684.(Yoga Sukmana)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas