Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Peluang Usaha: Tato Boleh Sementara, Keuntungan Jalan Terus

Proses pembuatan tato temporer benar-benar tak boleh terkena debu alias dust-free

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Peluang Usaha: Tato Boleh Sementara, Keuntungan Jalan Terus
lolitatto/kontan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Sebagai sebuah seni, rajah alias tato memang bukan lagi hal tabu. Bisnis tato di dalam negeri pun semakin berkembang dengan kian kreatifnya para seniman menciptakan karya baru. Kendati demikian, tak semua orang memberanikan diri untuk memiliki tato dengan beragam alasan. Beberapa di antaranya karena proses merajah tubuh itu sakit dan tato bersifat permanen sehingga sangat sulit dihapus.

Akan tetapi, alasan itu tak berlaku lagi karena tato temporer beredar di pasaran. Dus, seseorang bisa menikmati keindahan tato di tubuh tanpa takut kesakitan. Selain itu, tato hanya tahan sekitar 2 minggu.

Penggemar tato temporer ini tak hanya orang dewasa tapi juga anak kecil. Tentu saja, ini jadi ladang bisnis yang menggiurkan. Tengok saja pengalaman Indah Juniwati yang secara tak sengaja memasarkan tato temporer dengan merek Lolitatto. Usaha tato temporer dimulai Indah sejak Desember 2013. “Bisa dikatakan saya pelopor untuk produk ini,” klaim Indah.

Dulu, Indah kerap kesulitan mendapatkan tato temporer untuk anaknya. Lantas, ia iseng membuat sendiri. Ternyata banyak temannya yang tertarik memasang tato buatan Indah.

Dalam sebulan, ratusan ribu lembar tato temporer dipasarkan Indah. Harganya berkisar dari Rp 20.000–Rp 60.000 per lembar. Perbedaan harga berdasarkan ukuran tato, desain, serta warna tato. Dus, dari usaha ini, Indah bisa mengantongi omzet hingga Rp 500 juta saban bulan. Adapun laba bersihnya, kata Indah, sekitar 30%.

Pemain lain dalam bisnis ini ialah Felicia Hartono dengan merek Thattoo. Perempuan berusia 24 tahun ini pertama kali memasarkan tato temporer melalui bazar pada Mei 2014. Felicia membanderol tato yang ia desain dengan kisaran harga Rp 15.000–Rp 60.000 per lembar. Dengan menjual sekitar 1.500 lembar per bulan, ia bisa meraup omzet Rp 30 juta per bulan. “Saya bisa mendapat laba bersih kira-kira Rp 6.000 per lembar Thattoo,” ucapnya.

Fokus desain
Anda tergiur menggeluti bisnis ini? Indah dan Felicia tidak melakukan proses produksi dalam bisnis ini dengan beberapa alasan. Mereka menyerahkan urusan produksi pada pabrik yang mereka percaya. Dengan demikian, mereka bisa fokus dengan urusan desain dan penjualan produk.

Berita Rekomendasi

Menurut Indah, di Indonesia, tidak ada pabrik yang bisa membuat tato temporer. Dus, ia menggaet pabrik di Tiongkok untuk memproduksi Lolitatto. Pasalnya, proses pembuatan tato temporer benar-benar tak boleh terkena debu alias dust-free. “Tak ada pabrik di sini yang berani memproduksi karena kondisi itu,” kata Indah.

Beda cerita Felicia. Menurut dia, ada beberapa pabrik yang mampu membuat tato temporer di dalam negeri. Namun, untuk mengejar kualitas produk, Felicia bekerjasama dengan pabrik di Amerika Serikat untuk produksi Thattoo.

Salah satu pertimbangan keduanya dalam memilih pabrik ialah jejak rekam. Artinya, pabrik yang mereka pilih pernah memproduksi tato temporer untuk merek-merek ternama, terutama di AS. Selain itu, tentu saja pertimbangan harga dan minimal pemesanan.

Adapun bahan baku yang digunakan juga jadi bahan perhatian. Baik Indah maupun Felicia mengaku menggunakan tinta yang aman di tubuh. Bahkan, tinta yang digunakan Felicia untuk Thattoo sudah disetujui oleh Food and Drug Administration di AS (semacam BPOM di Indonesia). “Tintanya sama dengan bahan kosmetik dan lem untuk tato temporer ini juga organik sehingga bagus buat kulit,” tutur Felicia.

Masing-masing pemain dalam bisnis ini menggelontorkan modal puluhan juta hingga ratusan juta rupiah untuk merintis bisnisnya. Felicia, misalnya, mengeluarkan modal Rp 50 juta untuk memesan produk di AS dan membuat kemasan kedap udara untuk tato.

Sementara, Indah merogoh kocek sebesar Rp 100 juta ketika ia menjual produknya di gerai modern, seperti Gramedia dan booth di mal-mal. Hingga kini, Indah memiliki 16 gerai Lolitatto di Jabodetabek, Yogyakarta, Solo, Medan, dan Palembang. “Semua itu gerai milik pribadi,” sebut dia.

Tak sampai setahun, Indah sudah balik modal. Ia melanjutkan, melihat antusiasme masyarakat, ia memang gencar berekspansi. Ia ingin ketika seseorang ingin membeli Lolitatto, pembeli tak kesulitan mendapatkan produknya. “Ketersediaan di 300 modern channel jadi salah satu kelebihan kami,” ujarnya. Selain itu, Lolitatto juga punya varian yang sangat banyak. Saban bulan, Indah mengeluarkan 50 hingga 80 desain baru.

Demikian juga dengan Felicia yang mengatakan, penjualan online tak bisa diandalkan. Sebab, perempuan kelahiran Pontianak, 13 September 1991 ini bilang, pembeli ingin melihat secara langsung ukuran tato. Lantaran dengan melihat gambar saja, mereka tak bisa memperkirakan ukuran tato ketika ditempel di badan. “Selain itu, dengan membeli di outlet, konsumen bisa tanya dan konsultasi dengan pegawai kami,” ucap Felicia.

Merambah stiker kuku
Meskipun belum sampai dua tahun, bisnis tato temporer berkembang pesat. Agar bisnis tak melempem, para pemain mengembangkan produknya. Rata-rata pemain di bisnis ini merambah ke produk lain, yaitu stiker kuku.

Hanya, pengguna stiker kuku terbatas hanya pada perempuan dewasa. Namun, potensi bisnisnya juga menjanjikan. Pasalnya, biaya untuk perawatan dan cat kuku di salon tak murah. “Supaya lebih mudah dan murah, ada alternatifnya,” kata Felicia.

Tiap lembarnya berisi 14 stiker kuku. Felicia bilang, karena ukuran jari orang berbeda-beda, ia memberikan stiker cadangan sehingga semua kuku bisa ditempeli stiker. Sebelum memesan stiker kuku, Felicia bilang, ia menetapkan ukuran kuku sendiri karena ukuran kuku orang Indonesia berbeda dengan ukuran kuku lainnya.

Di Thattoo, Felicia menjual stiker kuku dengan harga Rp 25.000 per lembar. Dibandingkan dengan penjualan tato temporer, stiker kuku memang belum bisa mengimbangi. “Porsinya baru 20% dari keseluruhan penjualan,” sebutnya.

Demikian juga penuturan Indah. Dari keseluruhan omzet Lolitatto, stiker kuku memberi kontribusi sebesar 20%. Ia menjual stiker kuku dengan harga Rp 30.000 per lembar. Indah menggunakan bahan gel untuk stiker kuku Lolitatto. “Stiker kuku dari gel bisa tahan lebih lama dibandingkan bahan lain seperti tinta,” kata dia.

Baik Indah maupun Felicia mengaku belum berencana untuk memproduksi tato temporer. Menurut mereka, investasi yang harus dikeluarkan terlalu besar untuk membangun pabrik. “Kalau mau bangun pabrik, saya harus pastikan dulu kapasitas penjualan saya mencukupi,” tambah Indah. (Marantina)

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas