Gelar Yuk Nabung Saham Expo, BEI Bidik Karyawan Lingkungan SCBD
ketiga lembaga penyelenggara pasar modal dengan didukung oleh OJK melanjutkan program kampanye berskala nasional Yuk Nabung Saham
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) melakukan serangkaian program dan sosialisasi baik secara langsung maupun tidak langsung, guna meningkatkan pemahaman terhadap pasar modal dan aktivitas transaksi saham.
Direktur Pengembangan BEI Nicky Hogan mengatakan, ketiga lembaga penyelenggara pasar modal dengan didukung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melanjutkan program kampanye berskala nasional Yuk Nabung Saham dengan menggelar pameran bertajuk “Yuk Nabung Saham Expo”.
"Bertempat di Main Hall Gedung BEI, acara Yuk Nabung Saham Expo diselenggarakan pada tanggal 16 hingga 18 Desember 2015 mulai pukul 08.30 sampai dengan 18.00 WIB," ujar Nicky, Rabu (16/12/2015).
Menurutnya, pameran ini diikuti oleh 21 perusaahaan sekuritas, tujuh manajer investasi, dan tiga bank rekening dana nasabah, dimana terdapat sarana peningkatan edukasi pasar modal secara langsung kepada masyarakat dan sarana peningkatan utilitas produk pasar modal.
Sehingga, melalui expo ini masyarakat dapat membuka rekening efek, baik rekening saham maupun rekening reksa dana secara on the spot selama Expo berlangsung.
"Target pengunjung Yuk Nabung Saham Expo kali ini menyasar pada karyawan di area sekitar SCBD Sudirman, masyarakat umum, mahasiswa, dan investor pasar modal," ucapnya.
Program kampanye Yuk Nabung Saham merupakan program yang mengajak masyarakat sebagai calon investor untuk berinvestasi di pasar modal dengan membeli saham secara rutin dan berkala.
Per November 2015, jumlah investor aktif di Indonesia per tahun hanya sebesar 37 persen atau 149.817 SID (single investor identification) dari total jumlah investor pasar modal di Indonesia yang saat ini berjumlah 427.068 SID.
Data di OJK per 2013 menunjukkan tingkat pemahaman (literasi) masyarakat Indonesia terhadap pasar modal dan tingkat utilitas produk pasar modal masih rendah jika dibandingkan dengan 5 industri jasa keuangan lainnya di Indonesia.