Saham Sektor Pertambangan Tergerus Pada 2015
Saham sektor pertambangan masih menjadi paling tertekan pada 2015 seiring belum pulihnya harga batubara akibat permintaan yang menurun
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saham sektor pertambangan masih menjadi paling tertekan pada 2015 seiring belum pulihnya harga batubara akibat permintaan yang menurun, seiring negara tujuan ekspor batubara seperti Tiongkok sedang mengalami perlambatan ekonomi.
Contohnya, saham PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) pada 5 Januari berada di level Rp 11.800 per lembar saham dan pada 21 Desember sudah di posisi Rp 4.600 per lembar saham, dengan demikian saham PTBA telah tergerus selama periode tersebut mencapai Rp 7.200 per saham.
Kemudian saham Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) pada 5 Januari di level Rp 15.350 per saham, sedangkan pada 21 Desember merosot ke posisi Rp 5.600 per saham, alhasil saham tersebut anjlok sebesar Rp 9.750 per saham.
Analis PT Pefindo Guntur Tri Hariyanto mengatakan, pada tahun ini praktis semua sektor mengalami penurunan kinerja, terlihat pada semua indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia yang mengalami pertumbuhan negatif.
"IHSG sendiri telah mengalami penurunan 14 persen hingga 21 Desember 2015," ujar Guntur, beberapa waktu lalu.
Menurut Guntur, saham-saham yang melemah cukup dalam sejak awal 2015 hingga Desember diantaranya saham pertambangan seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan lain-lainnya.
"Selain itu saham-saham consumer goods juga melemah seperti SIMP (Salim Ivomas Pratama), kemudian saham bank seperti BTPN (Bank Tabungan Pensiunan Nasional), BNGA (CIMB Niaga)," ucap Guntur.
Tercatat saham PT Salim Ivomas Pratama pada 5 Januari di level Rp 730 per saham, sedangkan pada 21 Desember melemah di posisi Rp 332 per saham, alhasil selama periode tersebut telah merosot Rp 398 per saham.
Kemudian saham Bank Tabungan Pensiunan Nasional, pada 5 Januari di level Rp 3.985 per saham, sementara pada 21 Desember sudah di level Rp 2.490 per saham, sehingga saham BTPN telah tergerus Rp 1.495 per saham.
Di sisi lain, terdapat saham yang mampu bertahan dari pelemahan di antaranya saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), dan lainnya.
Saham UNVR pada 5 Januari di level Rp 33.225 dan pada 21 Desember naik di posisi Rp 35.6000 per saham. Kemudian saham WSKT di level Rp 1.430 pada 5 Januari dan 21 Desember melonjak di posisi Rp 1.635 per saham.
Sementara saham TLKM pada 5 Januari di posisi Rp 2.860, sedangkan pada 21 Desember ke level Rp 3.110 per saham. Sedangkan saham BBTN pada 5 Januari di level Rp 1.220 dan 21 Desember di posisi Rp 1.295 per saham.