Harga Minyak dan Jatuhnya Bursa Wall Street Diprediksi Sebabkan IHSG Terkoreksi
Redahnya kekhawatiran pasar kawasan merespon ekspor China yang tumbuh positif Desember lalu di atas perkiraan
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin berlanjut dalam rentang terbatas ditutup menguat 24,652 poin (0,55%) di 4537,179.
Redahnya kekhawatiran pasar kawasan merespon ekspor China yang tumbuh positif Desember lalu di atas perkiraan menjadi faktor positif yang mengangkat indeks.
David Sutyanto, Market Research First Asia Capital mengatakan, tekanan harga minyak mentah juga terlihat redah dan pasar mengantisipasi peluang terjadinya rebound turut menopang sentimen positif pasar.
Ekspor China Desember 2015 di luar dugaan naik 2,3% (yoy) melampaui perkiraan turun 4,1% (yoy) dan bulan sebelumnya turun 3,7%.
Sedangkan impor China Desember 2015 turun 4% (yoy) sedikit lebih baik dibandingkan perkiraan turun 7,9% dan bulan sebelumnya turun 5,6%.
Angka ekspor China yang tumbuh positif Desember lalu mengindikasikan kebijakan pelemahan mata uang Yuan mulai memperlihatkan hasilnya.
Sementara tadi malam, bursa Wall Street gagal mempertahankan penguatannya. Sebaliknya pasar cenderung melepas kembali aset beresiko. Indeks DJIA dan S&P koreksi tajam masing-masing 2,21% dan 2,50% tutup di 16151,41 dan 1890,28.
Harga minyak mentah menguat tipis 0,72% di 30,66 dolar AS/barel. Pasar kembali mengkhawatirkan harga minyak yang rendah dan outlook perlambatan ekonomi global yang akan menekan pertumbuhan laba emiten.
Anjloknya pasar saham Wall Street tadi malam akan mempengaruhi sentimen perdagangan hari ini. IHSG diperkirakan akan bergerak di 4490 hingga 4560 cenderung koreksi.