Mahal Atau Murah Harga Saham Freeport Indonesia?
Banyak pihak yang menilai harga saham Freeport Indonesia yang ditawarkan ke pemerintah terlalu mahal
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banyak pihak yang menilai harga saham Freeport Indonesia yang ditawarkan ke pemerintah terlalu mahal, mengingat saham perusahaan induknya Freeport McMoran terus melemah.
Beberapa waktu lalu, Freeport Indonesia menawarkan 10,64 persen sahamnya kepada pemerintah dengan harga 1,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp 23,46 triliun (kurs Rp 13.800 per dolar AS)
Mengutip data Bloomberg, penutupan perdagangan di New York Stock Exchange pada 20 Januari 2016, saham Freeport McMoran menguat 2,78 persen ke level 4,07 dolar AS per saham dengan kapitalisasi pasar mencapai 4,70 miliar dolar AS atau Rp 64,86 triliun.
Melihat data setahun ke belakang, saham Freeport terus mengalami penurunan, dimana pada 21 Januari 2015 di level 19,53 dolar AS per lembar, kemudian pada 1 Mei 2015 naik di posisi 23,34 dolar AS.
Namun setelah itu harga sahamnya terus merosot pada 1 Juni 2015 di level 19,09 dolar AS per saham, kemudian pada 26 Agustus 2015 sudah di posisi 7,89 dolar AS per saham.
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio mengatakan, BEI tidak dapat berkomentar apakah harga saham yang ditawarkan tersebut murah atau mahal, namun jika dilihat harga 1,7 miliar maka artinya itu kapitalisasi pasarnya mencapai 17 miliar dolar AS.
"Banyak perusahaan di Indonesia market cap-nya lebih besar dari itu, keuntungan BRI dua kali lebih besar dari untung Freeport Indonesia, Pertamina keuntungannya 4 kali lipatnya," tutur Tito.
Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli menilai harga saham yang ditawarkan Freeport Indonesia terlalu mahal karena harga saham induk usahanya saja terus mengalami penurunan.
Rizal menjelaskan, harga saham Freeport-McMoran beberapa tahun lalu harga sahamnya senilai 60 dolar AS per lembar dan turun 30 dolar AS per lembar, bahkan merosot lagi menjadi 15 dolar AS per lembar setelah salah investasi di Teluk Meksiko.
"Kemudian enggak mampu menyelesaikan masalah dengan pemerintah Indonesia, harga sahamnya di bawah 6 dolar AS per saham, jadi ngapain beli saham anak perusahaan super mahal demikian," tutur Rizal.
Atas dasar tersebut, Rizal pun mengimbau kepada pemerintah agar berpikir ulang dan mengkaji lagi harga saham Freeport Indonesia yang ditawarkan agar tidak salah melangkah dalam mengambil keputusan.
"Hati-hati harganya super mahal, karena harga perusahaan induknya saja sudah jatuh," ucap Rizal.