Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Prospek Bisnis Gadai Emas Masih Suram

Setidaknya ada dua aturan main yang masih menghambat pertumbuhan bisnis gadai emas, satu diantaranya mengenai aturan LTV.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Prospek Bisnis Gadai Emas Masih Suram
KONTAN
Bisnis gadai emas dinilai masih belum prospektif 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Awal tahun ini, harga emas mulai berkilau. Sayangnya, kenaikan harga emas belum menular terhadap bisnis gadai emas perbankan syariah. Aturan loan to value (LTV) masih memberatkan rapor kinerja bisnis gadai emas bank syariah.

Direktur Utama BNI Syariah Imam Saptono menyatakan, setidaknya ada dua aturan main yang masih menghambat pertumbuhan bisnis gadai emas. Pertama, aturan LTV.

“Kalau gadai emas, LTV untuk bank syariah sebesar 80 persen. Sementara kalau di Pegadaian tidak dibatasi. Sehingga umumnya nasabah pindah ke pegadaian,” ujar Imam, akhir pekan lalu.

Kedua, batas maksimum pembiayaan gadai emas dipatok maksimal Rp 250 juta. Ketentuan itu memaksa BNI Syariah tidak terlalu fokus menggarap bisnis gadai emas. Menurut Imam, sejak tahun lalu bisnis gadai emas sudah memasuki era perlambatan alias sunset.

Dus, ia berharap, regulator melonggarkan aturan main gadai emas agar bisnis itu bisa bangkit. Tahun ini, BNI Syariah memprediksi bisnis gadai emas masih melambat.

“Prospeknya masih tetap ada tapi tidak akan booming seperti sebelumnya. Biasanya Juni akan ramai lagi karena untuk biaya anak sekolah atau lebaran,” ungkap Imam.

Sedikit berbeda, Bank Syariah Mandiri (BSM) malah berniat mengembangkan produk pembiayaan emas yang meliputi cicil emas dan gadai emas. Alasannya, untuk memburu pendapatan non bunga.

Berita Rekomendasi

Direktur Utama Bank Syariah Mandiri Agus Sudiarto menyebut, pihaknya mengandalkan bisnis emas sebagai amunisi untuk mengejar target fee based income yang dibidik mencapai Rp 1 triliun pada tahun ini.

BSM mengandalkan produk emas untuk menggantikan pendapatan komisi yang hilang dari layanan dana talangan haji. “BSM menghentikan dana talangan haji dari 2014, otomatis berkurang fee based. Bisnis gadai dan cicil emas meningkat tapi tidak signifikan,” ujar Agus.

Gambaran saja, pembiayaan emas BSM mencapai Rp 939 miliar di sepanjang 2015. Jumlah tersebut turun 6% ketimbang tahun 2014. Meski turun, BSM bisa meminimalisir penurunan kinerja yang melorot sebesar 16% pada 2014.

Setali tiga uang, Bank Syariah Bukopin (BSB) juga masih meyakini pembiayaan gadai emas masih berpotensi tumbuh positif pada tahun ini.

Oleh karena itu, Kepala Divisi Bisnis Area II Bank Syariah Bukopin Haris Suria Putra mengatakan, pihaknya berencana mengembangkan lagi produk pembiayaan gadai emas pada tahun ini. Bank Syariah Bukopin termasuk pemain buntut di segmen pembiayaan berskema gadai emas.

Unit usaha Bank Bukopin ini baru melakoni bisnis gadai emas pada tahun 2013. Sejatinya, saat ini PT Pegadaian masih mendominasi bisnis gadai emas. Hingga akhir tahun lalu, Pegadaian menguasai 80% pangsa pasar bisnis gadai.

Gadai emas mendominasi jenis pinjaman di Pegadaian. Nilainya mencapai 95% dari total pinjaman yang disalurkan. Sisanya 5% merupakan gadai barang elektronik, kendaraan dan lainnya.

 
Reporter Arsy Ani Sucianingsih
Editor Barratut Taqiyyah

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas