Harga BBM Jangan Naik Turun Seperti Yoyo
Harga minyak dunia selama tiga bulan yang lalu rata rata bertengger pada posisi 28 sampai 34 dolar AS per barel
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga minyak dunia selama tiga bulan yang lalu rata rata bertengger pada posisi 28 sampai 34 dolar AS per barel. Saat ini harganya perlahan-lahan telah merangkak naik mendekati posisi 41 dollar AS per barel.
Pengamat Kebijakan Energi Sofyano Zakaria mengatakan demi kepentingan orang banyak, pemerintah tidak harus terpaku dengan formula harga yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini untuk mengubah harga BBM, Sofyano berharap ada ketegasan demi ketenangan masyarakat.
"Masyarakat lebih butuh kepastian harga yang mampu membuktikan bahwa harga jual BBM tidak turun naik seperti yoyo," ujar Sofyano, Senin (28/3/2016).
Sofyano memaparkan, jika pemerintah terpaku pada ketentuan dan formula harga yang telah ditetapkannya, maka pada 3 bulan ke depan pemerintah harus konsisten menaikkan kembali harga jual BBM. Hal ini ketika dilakukan pasti menimbulkan beban bagi rakyat, karena bertepatan dengan hari besar keagamaan.
"Di saat itu masyarakat tengah menghadapi puasa Ramadhan, hari Raya Idul fitri, Idul adha dan jelang Natal," kata Sofyano.
Sofyano berpendapat sebaiknya pemerintah tidak menurunkan harga jual BBM sebagaimana ditetapkan dalam formula harga yang sudah disepakati dengan DPR.
Penurunan harga BBM dalam jumlah signifikan katakan sebesar Rp 1.000 per liter sekalipun tidak akan membuat harga komoditas lain seperti beras, minyak goreng, cabai, bawang dan lain lain akan turun.
"Bahkan tarif angkutan pun belum tentu turun sebagaimana yang diharapkan rakyat," papar Sofyano.
Sofyano menambahkan, penurunan harga dengan besaran yang harus mengacu kepada rata rata harga minyak dunia di 3 bulan terakhir, tidak akan memberi manfaat besar bagi lapisan besaran masyarakat.
"Baik masyarakat biasa maupun para pengusaha di negeri ini lebih butuh adanya stabilititas harga," ungkap Sofyano.