Ekspansi Industri Minuman Serap Investasi dan Tenaga Kerja
Kementerian Perindustrian optimistis peluang pengembangan industri minuman ringan masih terbuka.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri minuman ringan di Indonesia terus memacu ekspansi usaha baik produksi, distribusi dan pembangunan fasilitas pendukung. Jumlah penduduk dan pola konsumsi turut menumbuhkan industri ini.
Kementerian Perindustrian optimistis peluang pengembangan industri minuman ringan masih terbuka.
Ini mengacu pada tingkat konsumsi minuman ringan masyarakat Indonesia yang baru 33 liter/kapita sedangkan negara ASEAN lainnya seperti Thailand mencapai 89 liter dan Singapura 141 liter.
Kelompok industri minuman ringan meliputi minuman berkarbonasi, Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), teh siap saji, minuman sari buah, kopi dan susu siap saji, serta minuman isotonik/suplemen.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, pertumbuhan bisnis industri minuman turut mendorong realisasi penanaman modal dan menciptakan lapangan kerja langsung maupun tidak langsung.
"Industri minuman turut menggerakkan ekonomi dari produksi, penanaman modal, penyerapan lapangan kerja,” katanya saat menerima Presiden Direktur PT Coca Cola Amatil Indonesia Kadir Gunduz di Jakarta, Kamis (31/3/2016).
Pola ekspansi perusahaan minuman, imbuh dia, juga menggerakkan ekonomi di daerah karena pelaku usaha berusaha memperkuat pemasaran dengan mendekatkan produksi dan distribusi ke konsumen. Berdirinya pabrik dan pusat distribusi termasuk pergudangan menjadi buktinya.
Hal ini merupakan strategi perusahaan menjamin kontinuitas pasokan dan menjaga loyalitas konsumen mengingat banyaknya merek produk sejenis dan persaingan yang sengit.
Lebih lanjut, Menteri Saleh mencermati, kehidupan bermasyarakat turut mendorong konsumsi minuman ringan yang terbilang unik. Produk minuman bahkan menjadi bagian dari interaksi sosial sehari-hari.
"Lihat saja, pada pesta perkawinan dan acara keluarga, minuman ringan selalu dihidangkan sebagai salah satu jamuan favorit. Selain air putih dan teh, juga ada minuman berkarbonasi atau yang lebih dikenal sebagai minuman soda," ujarnya.
Selain itu, konsumen mulai terbiasa menjamu tamu di rumah dengan minuman ringan dalam kemasan karena lebih praktis.
Presiden Direktur Coca Cola Amatil Indonesia Kadir Gunduz mengungkapkan, pihaknya bakal mengoperasikan pusat distribusi atau Mega Distribution Center ke-4 dan lini produksi ke-6 di Surabaya.
Guna mewujudkan dua fasilitas itu di Jawa Timur itu, perseroan membelanjakan investasi sebesar USD 63 juta.
"Diharapkan, pusat distribusi itu mulai beroperasi pada kuartal keempat tahun ini,” katanya.
Dia mengakui, Indonesia adalah kontributor terbesar kedua di Coca-Cola Amatil Group dan yakin masih ada banyak peluang produksi serta pemasaran yang dapat dimaksimalkan.
Di Indonesia, The Coca Cola Company telah menegaskan tambahan investasi senilai USD 500 juta untuk mendukung akselerasi perluasan sistem produksi, penyimpanan (warehousing) dan infrastruktur untuk pengadaan minuman dingin.
Sedangkan Coca-Cola Amatil Indonesia telah berinvestasi total lebih dari USD 1,5 miliar di Indonesia.