Manisnya Bisnis Air Kelapa Kemasan
Pabrik Pacific Eastern yang berbasis di Tangerang bisa mengolah 200.000 butir kelapa per hari.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Sebagian pelaku industri hilir kelapa mengeluhkan pasokan kelapa untuk bahan baku, terutama di pulau Jawa.
Agar pasokan tetap tersedia, perusahaan pengolahan produk kelapa mencari sumber pasokan kelapa baru hingga ke luar Jawa.
Seperti dilakukan PT Pacific Eastern Coconut Utama, yang kini mengandalkan pasokan kelapa dari luar Jawa.
Pasokan kelapa dari Jawa cenderung turun karena tingginya permintaan dan terbatasnya pasokan.
Susanto Kusnadi, Direktur Pacific Eastern bilang, biasanya seluruh kebutuhan kelapa terpenuhi dari sekitar pabrik di Pangandaran, Jawa Barat. Namun, kini mereka mencari tambahan kelapa hingga ke Pontianak dan Palembang.
"Perbandingannya 60 persen dari Pangandaran, sisanya dari Pontianak dan Palembang," kata Susanto, Jumat (22/4/2016).
Sebagai gambaran, pabrik Pacific Eastern yang berbasis di Tangerang biasanya mengolah 200.000 butir kelapa per hari. Angka ini naik ketimbang tahun lalu yang mencapai 100.000 butir.
Adapun produk olahan kelapa yang diproduksi antara lain air kelapa dalam kemasan dan santan kelapa.
"Penjualan masih bagus," kata Susanto tanpa memberikan perincian berapa besar volume produksi dan penjualan.
Asal tahu saja, produk olahan kelapa milik Pacific Eastern terdiri dari empat varian. Pertama adalah air kelapa dalam kemasan ukuran 250 mililiter dengan merek Coco Day.
Kedua, santan kelapa kemasan merek Klatu, serta coconut power powder, dan desiccated coconut.
Mayoritas produk Pacific Eastern di ekspor ke Amerika Utara, China, Korea Selatan, dan Jepang. Soal potensi pasar, produk turunan dari kelapa masih memiliki potensi pasar yang besar di pasar global.
Susah ekspansi
Kisah berbeda datang dari pabrik pengolahan kelapa milik PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). Emiten farmasi yang juga menekuni bisnis minuman air kemasan kelapa tersebut tak mempermasalahkan pasokan kelapa untuk kebutuhan produk mereka dengan merek Hydro Coco.
Vidjongtius, Direktur KLBF menyebutkan, kebutuhan kelapa mereka dapatkan dari Riau. "Pasokan kelapa kami masih lebih dari cukup, kalau detail volumenya saya belum punya angka," kata Vidjongtius, Jumat (22/4/2016).
Tak hanya soal angka kebutuhan kelapa, Vidjongtius juga tak mau tak menyebutkan angka produksi Hydro Coco.
Dia hanya memastikan, Kalbe fokus melayani penjualan air kelapa kemasan untuk dalam negeri ketimbang ekspor.
Selain itu KLBF belum punya rencana untuk ekspor. Sebab, di dalam negeri, penjualan minuman air kelapa dalam kemasan milik Kalbe Farma tumbuh 20–25 persen.
Sebagai perbandingan saja, produk Hydro Coco milik Kalbe Farma ukuran 250 mililiter dijual di pasaran seharga Rp 4.800. Sementara produk Pacific Eastern yang bernama Coco Day dijual mulai harga Rp 5.400.
Merujuk data Himpunan Industri Pengolahan Kelapa Indonesia (HIPKI), produksi air kelapa kemasan mencapai 2 juta liter.
Sebagian besar ekspor ke Eropa, Timur Tengah, Singapura, Thailand, Malaysia, dan China. Amrizal, Ketua Umum HIPKI menyebut sejak awal tahun pasokan kelapa untuk industri ini sudah turun 30–40 persen," katanya.
Reporter: Juwita Aldiani