GE Ikut Kebut Proyek Kelistrikan 35 Ribu MW
GE akan bermitra dengan perusahaan-perusahaan lokal untuk mengembangkan manufaktur dan perakitan di dalam negeri.
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - GE Indonesia berkomitmen membantu menyukseskan program listrik 35 ribu MW. Komitmen ini seiring dengan langkah GE yang telah menyelesaikan proses akuisisi unit usaha Power dan Grid Alstom.
Dalam mendukung target pemerintah untuk memenuhi kapasitas listrik 35 ribu MW, GE akan menyediakan teknologinya yang terbaru.
GE juga akan bermitra dengan perusahaan-perusahaan lokal untuk mengembangkan manufaktur dan perakitan di dalam negeri.
“Tujuannya memang satu yakni mempercepat program listrik 35 ribu MW ini bisa terealisasi,” ujar Handry Satriago, Chief Executive Officer, GE Indonesia, dalam sebuah seminar bertajuk “The Future of Power: A look on how Innovation and Partnership can help fulfill 35 GW program”, di Jakarta, Kamis (12/5/2016).
Pernyataan Handy ini tak berlebihan mengingat GE telah lama menjalin kemitraan bersama Indonesia dalam mencukupi kebutuhan tenaga listrik.
Misalnya, GE telah mengundang para pembuat kebijakan dan pemain-pemain di industri kelistrikan untuk menjajaki teknologi-teknologi pembangkit listrik yang dapat membantu mencukupi target listrik nasional 35 ribu MW.
Bahkan, sebagai bagian dari program 35 ribu MW, GE telah menyelesaikan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) Gorontalo berkapasitas 100 megawatt (MW) siap beroperasi.
PLTG Gorontalo ini merupakan bagian dari komitmen GE menyelesaikan proyek pembangkit listrik sesuai kesepakatan bisnis yang ditandatangani bersama perusahaan Indonesia di sela kunjungan Presiden Jokowi di kantor Kamar Dagang AS, Oktober 2015 lalu.
Sebagaimana diketahui , dari 18 kesepakatan bisnis senilai total 20,075 miliar dollar AS tersebut, ada lima proyek merupakan kerja sama investasi perusahaan Indonesia dengan GE. Pertama, kesepakatan bisnis antara PLN dengan GE, yaitu antara PLN Gorontalo dengan General Electric untuk pembangunan 100 MW gas turbin dan cydepower di Gorontalo.
Kedua, antara Cikarang Listrindo dengan General Electric untuk perluasan pembangunan pembangkit listrik (IPP). Ketiga, antara PT Indonesia Power dengan General Electric untuk pembangunan pembangkit skala besar di Jawa Tengah menggunakan teknologi gas turbin paling mutakhir, efisien dan ramah lingkungan.
Keempat, antara PT PLN Batam (Persero) dengan General Electric untuk pembangunan pembangkit bergerak (mobile) 500 MW di Mataram, Bangka, Tanjung Jabung, Pontianak, Lampung dan Sei Rotan.
Kelima, antara PT Kereta Api Indonesia dengan General Electric, untuk perawatan 50 lokomotif selama 8 tahun.
Sementara itu, komitmen dalam membangun infrastruktur energi Indonesia bukan sekedar tantangan biasa, melainkan sebuah kesempatan besar untuk membangun perubahaan yang efisien dan riil.
Untuk memenuhi target 35 ribu MW listrik sesuai dengan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional, dibutuhkan solusi yang tidak hanya fleksibel, tapi juga harus bisa dilakukan dengan cepat.
Untuk mewujudkan hal ini GE juga mengundang kalangan perbankan dan lembaga keuangan lainnya seperti Export Credit Agency (ECA) yang berasal dari Jerman, Denmark, China, Jepang dan negara lainnya untuk membahas program 35 ribu MW ini dari sisi pembiayaan.
Ketersediaan pendanaan yang diperkirakan mencapai Rp 1.200 triliun ini bisa menjadi peluang sekaligus hambatan.
“Program 35 ribu MW ini adalah peluang yang sangat bankable. Saya rasa banyak bank yang tertarik untuk mengucurkan dananya,” ujar Elvi Nasution, National Australia Bank, Country Head for Indonesia.