Pertamina Kejar Penjualan 200 Ribu Tabung Bright Gas Hingga Juli
Pertamina (Persero) akan memacu penjualan tabung Bright Gas 5,5 kg untuk meningkatkan volume penjualan LPG
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) akan memacu penjualan tabung Bright Gas 5,5 kg untuk meningkatkan volume penjualan Liquified Petroleum Gas (LPG).
Sejak diluncurkan pertama kali pada Oktober 2015, hingga saat ini tabung Bright Gas 5,5 kg telah terjual sebanyak lebih dari 100 ribu tabung.
"Kami harapkan dalam jangka tiga bulan ke depan, kami dapat menjual 200 ribu tabung lebih, sehingga dapat mendukung pencapaian laba yang ditargetkan perseroan," ujar Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication Pertamina, di Jakarta, Kamis (12/5/2016).
Pertamina yang sebelumnya merugi dari bisnis LPG hingga Rp 4 triliun per tahun, terutama akibat menjual Elpiji 12 kg dibawah harga keekonomian, mulai mencatat laba sejak September 2015.
Hal ini seiring penyesuaian harga yang dilakukan bertahap hingga sesuai keekonomian sejak tahun lalu.
Namun penyesuaian harga Elpiji 12 kg juga berdampak pada beralihnya sebagian konsumen ke Elpiji 3 kg.
Pasalnya, gap antara harga Elpiji 3 kg dengan 12 kg hampir Rp 7.000 per kg.
Wianda mengatakan jika pada Januari 2014, penjualan Elpiji 12 kg masih mencapai 76 ton per bulan, pada April 2015 turun menjadi 46 ton per bulan dan tinggal 42 ton per bulan pada Desember 2015.
“Karena itu, kami lahirkan Bright Gas kemasan 5,5 kg yang tujuannya adalah mengisi gap konsumen antara yang 3 kg dengan 12 kg. Dengan begitu, kami masuk di tengah-tengah, agar konsumen 12 kg itu tidak langsung ke 3 kg, tetapi ada produk penyangga,” ungkap dia.
Menurut Wianda, ada swing user yang sebetulnya bisa kembali ke Elpiji non-PSO. Pertamina mencatat yang benar-benar menggunakan 12 kg hanya sekitar 29 persen, sementara yang 3 kg atau betul-betul beralih ke 3 kg ada kurang lebih 11 persen.
“Ada 53 persen yang mereka sebetulnya masih tetap memegang tabung Elpiji 12 kg, tetapi kadang mereka juga membeli 3 kg. Ini yang disebut swing user, potensinya sangat besar,” kata dia.
Selain itu, lanjut Wianda, juga ada potensi dari pengguna dengan kebutuhan sedikit atau low usability customer, dimana saat kenaikan harga pada 2014 dan 2015, menjadikan tabung 12 kg sebagai cadangan semakin banyak dari 23 persen menjadi 37 persen.
“Itulah yang menjadi target pasar kita dan bagaimana merebut kembali mereka balik ke LPG Non Subsidi,” katanya.
Sebetulnya konsumen ingin mendapatkan LPG dengan harga terjangkau, yang satuan per kilonya juga lebih murah.
Dengan kemasan yang lebih kecil, konsumen tentu akan mengeluarkan sedikit uang dibanding kemasan 12 kg yang harus ditebus seharga Rp 150 ribu.
Sementara dengan kemasan 5,5 kg, konsumen hanya perlu mengeluarkan uang kurang dari Rp 60 ribu.
Hari Purnomo, Anggota Komisi VII DPR, mengatakan pertumbuhan ekonomi meski tidak signifikan akan ikut mendorong penjualan LPG Pertamina.
Pasalnya, kebutuhan energi masyarakat seiring waktu akan terus tumbuh, makin lama pemakaiannya makin tinggi.
"Jadi bukan semata-mata keberhasilan Pertamina menjual LPG, tapi pasarnya juga meningkat. Sama saja seperti bahan makanan bahan pokok setiap tahun meningkat," kata Hari.