Jokowi: Hanya Ada Dua Pilihan, Terbuka atau Tertutup
Selain itu, lanjut Presiden, rantai pasok bahan baku, produk, dan jasa sudah menjadi sangat global.
Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat berpidato dalam acara HIPMI Perguruan Tinggi Se-ASEAN di Bandung, Presiden Joko Widodo mengingatkan bahwa untuk menjadi pengusaha, modal semangat saja tidak cukup karena kita harus memahami dunia yang berubah sangat cepat, dalam hitungan jam, bahkan dalam hitungan menit.
"Kemajuan teknologi membuat dunia sekarang seolah tanpa batas atau borderless. Berjualan kadang sudah tidak lagi di pasar atau mal, melalui e-commerce, on line store," ujar Presiden berdasarkan keterangan Tim Komunikasi Presiden, Senin (23/5/2016).
Selain itu, lanjut Presiden, rantai pasok bahan baku, produk, dan jasa sudah menjadi sangat global.
"Sudah tidak bisa kita batasi. Apalagi dengan sosial media, semuanya menjadi serba terbuka dan tersajikan secara cepat, dan cepat. Sudah tidak bisa kita bendung lagi," kata Presiden.
Dalam situasi perubahan seperti ini, kata Presiden, pilihan kita hanya dua, mau jadi terbuka atau menutup diri.
"Buat saya, pilihan saya hanya satu, kita harus berani terbuka dan kita harus yakin dengan terbuka itu kita menjadi lebih baik. Artinya terbuka kita harus berani berkompetisi, bertarung," kata Presiden.
Presiden mengingakan bahwa kita telah memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan hampir setiap dua bulan dirinya bertemu dengan Kepala Negara dari ASEAN.
"Baru dua-tiga hari yang lalu kita juga bertemu di Rusia. Selalu kalau kita ketemu selalu bergandeng-gandengan," kata Presiden.
Tapi meski bergandengan tangan, Presiden mengingatkan bahwa mereka adalah pesaing kita.
"Ini perlu saya ingatkan, meskipun yang hadir disini adalah 140 pengusaha muda juga dari ASEAN. Saya ingatkan bahwa selain kawan, mereka adalah pesaing kita," pesan Presiden.