Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Tunda Investasi Akibat Brexit

Chris Kanter menyebut pengusaha multinasional harus berhati-hati dalam melakukan ekspansi bisnis saat ini.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Tunda Investasi Akibat Brexit
Fortune/Getty Images/Christopher Furlong

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa (UE) berdampak kepada berbagai negara di seluruh dunia.Dewan Penasihat Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Chris Kanter menyebut pengusaha multinasional harus berhati-hati dalam melakukan ekspansi bisnis saat ini.

Chris bahkan memprediksi akan banyak penundaan investasi akibat dari Britisih Exit (Brexit), sebutan populer keluarnya Inggris dari Uni Eropa. "Hampir semua perusahaan besar akan mengencangkan ikat pinggang," ujar Chris, di Jakarta, Sabtu (25/6).

Menurut Chris dampak utama Brexit yaitu terhadap investasi asing (penanaman modal asing). Karena saat ini Indonesia butuh modal dari negara luar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi 5,1 persen di akhir 2016.

"Pertumbuhan ekonomi dilandaskan banyak pada FDI (foreign direct investmen/investasi asing secara langsung)," kata Chris. Ia meminta pengusaha dan pemerintah berhati-hati dalam mengambil langkah dan regulasi akibat adanya Brexit.

Ia memberi contoh pada saat ini banyak saham perbankan anjlok sampai 20 persen. "Memang harus berhati-hati. Akibat Brexit saham-saham perbankan turun sekitar 20 persen," tambahnya.

Sekretaris Dewan Pertimbangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) tersebut menilai kini saat yang tepat bagi pemerintah Indonesia untuk kerjasama dengan Inggris. Negara itu juga sedang mencari rekan bekerjasama setelah keluar dari Uni Eropa.

"Sekarang waktu yang tepat pemerintah segera mengambil momentum lakukan hubungan bilateral dengan Inggris," ujar Chris. Menurutnya, saat ini pemerintah Inggris sedang menyusun strategi baru menghadapi persaingan dunia global.

BERITA TERKAIT

"Sekarang mereka (Inggris) haus mencari pasar baru, karena pasar mereka berkurang setelah keluar dari Uni Eropa" kata Chris.

Volume ekspor Inggris di pasar Eropa mencapai 63 persen, namun adanya Brexit, membuat negara itu terkena bea masuk jika ingin mengirim barang ke negara-negara tetangganya.

"Pangsa pasar Inggris ke Eropa 63 persen ekspor ke EU, dari total ekspor maka Inggris harus cari free trade karena akan kena pajak bea masuk," kata Chris.

Brexit ternyata hanya mendapat dukungan dari warga yang tinggal di kawasan Wales. Tidak demikian dengan dua negara yang tergabung dalam Inggris Raya (Britania Raya), yakni Skotlandia dan Irlandia Utara.

Skotlandia dan Irlandia Utara memilih untuk tetap di Uni Eropa. Seperti disampaaikan kantor berita Associates Press (AP), hasil jajak pendapat referendum di dua negara bagian itu, para pemimpin nasionalis malah mengancam akan meninggalkan Inggris jika itu menjadi harga yang diperlukan untuk menjaga tanah air mereka sepenuhnya terhubung ke Eropa.

Pemimpin Skotlandia dan Menteri Pertama Nicola Sturgeon, menegaskan Skotlandia akan siap menjadi yang pertama keluar dari Inggris Raya.
"Lebih dari 60 persen warga Skotlandia memilih untuk tetap bergabung di Uni Eropa. Warga Skotlandia merupakan 48 persen dari pemilih di Inggris secara keseluruhan. Ini mencerminkan Skotlandia punya keyakinan anggota Uni Eropa memberikan pengaruh moderat pada kehidupan politik di Inggris Raya," tegasnya. (jar/mal)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas