Bisnis Penerbangan di Eropa Mulai Terdampak Brexit
Selama 20 tahun terakhir, maskapai apapun dari negara anggota Uni Eropa bisa terbang ke mana pun dalam area pasar tunggal tersebut kapan saja.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Sektor penerbangan Eropa terdampak langsung hasil referendum yang memutuskan Inggris keluar dari keanggotaan Uni Eropa.
Selama 20 tahun terakhir, maskapai apapun dari negara anggota Uni Eropa bisa terbang ke mana pun dalam area pasar tunggal tersebut kapan saja.
Akses ini akhirnya mendorong kesuksesan maskapai penerbangan murah di kawasan Eropa. EasyJet yang berpusat di London, Inggris, Ryanair di Dublin, Irlandia, dan Vueling di Spanyol saling berlomba membuka rute-rute baru menjelajahi benua tersebut.
Tidak dapat dihindari, para penumpang pun diuntungkan dengan harga tiket yang lebih murah dan frekuensi penerbangan yang lebih banyak.
Namun, keputusan para pemilih di Inggris untuk keluar dari Uni Eropa memupuskan semua kesenangan itu. Oleh sebab itu, tak mengherankan bila saham-saham maskapai penerbangan Inggris langsung jatuh 20 persen sesaat setelah voting Brexit diumumkan pada 23 Juni 2016 lalu.
Sebagai bagian dari proses pemisahan dari Uni Eropa, maka Inggris harus menegosiasikan akses baru untuk pasar penerbangan tunggal.
Inggris pun harus menemukan posisisnya yang baru dalam persetujuan Open Skies yang selama beberapa tahun terakhir maskapai penerbangan Eropa dan AS bisa memperoleh akses dengan mulus dari satu pasar ke pasar lainnya.
Konsekuensinya, Inggris harus menerima supremasi regulasi penerbangan Uni Eropa dan kemungkinan gerakan para pekerja.
EasyJet adalah salah satu maskapai yang terdampak langsung voting Brexit. Meskipun 20 persen bisnisnya berpusat di Inggris, namun area pertumbuhan terbesarnya adalah di daratan Eropa dengan penerbangan-penerbangan yang tak pernah menyentuh Inggris.
EasyJet telah membuka basis di Spanyol, Portugal, Perancis, Jerman, dan Belanda tanpa memerlukan izin khusus dari masing-masing negara itu.
Mengajukan dan memiliki sertifikasi khusus dari setiap negara akan memakan amat banyak waktu dan pastinya berbiaya mahal.
"Kami telah menulis kepada pemerintah Inggris dan Komisi Eropa, meminta mereka untuk memprioritaskan Inggris tetap menjadi bagian dari pasar tunggal penerbangan Uni Eropa," ujar CEO EasyJet Carolyn McCall.
Berbeda dengan EasyJet, maskapai terbesar Eropa Ryanair terbang dengan sertifikat operasional Irlandia sehingga, operasionalnya di daratan Eropa akan aman.
Namun, operasionalnya di Inggris harus membutuhkan sertifikasi baru dan Ryanair sudah memprediksi tarif penerbangan akan naik karena Brexit.