TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -‎ Persaingan di industri perbankan yang makin ketat membuat PT Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO) menempuh strategi baru.

Perseroan menerapkan strategi menjalin kemitraan dengan pihak lain untuk menyiasati penyaluran pembiayaan di tengah permintaan pembiayaan baru yang melemah saat ini.

Direktur Utama Bank Artos Reinatha Yaputra mengatakan, pelemahan ekonomi yang terjadi sekarang berdampak ke semua sektor industri di Tanah Air, termasuk industri perbankan yang penyaluran kreditnya jadi melemah.

"Bisnis tidak bisa jalan sendiri. Kami menggandeng mitra, dengan kemitraan kami menjadi besar dan banyak, yang awalnya jaringan terbatas menjadi banyak tanpa biaya investasi," kata Rei di Jakarta, Selasa (28/6/2016).

Rei menjelaskan, dengan menjalin kemitraan kepada pihak lain, membuat Bank Arto ketika penyaluran kredit lebih maksimal dan tepat sasaran, karena penentuan penyaluran dilakukan secara bersama.

"Kami menjalin kemitraan itu dengan multifinance, BPR, dan perbankan (Bank BUKU 1), kami saling mendukung pendanaan," tuturnya.

‎Bank Artos mengincar pertumbuhan rata-rata sebesar 20 persen untuk aset, penyaluran kredit dan penghimpunanan Dana Pihak Ketiga (DPK).

"Tahun ini, total aset kami targetkan Rp 844, 6 miliar‎, DPK Rp 628,9 miliar, dan kredit Rp 573,6 miliar. Rata-rata tumbuh 20 persen dibanding tahun lalu," ujar Sekretaris Perusahaan ARTO, Deddy Triyana di tempat yang sama.

Dia menjelaskan, pertumbuhan kredit 20 persen merupakan target setiap tahun sejak 2015 hingga 2018.

Pada 2018 nanti penyaluran kredit diproyeksikan mencapai Rp 825,9 miliar dengan capaian laba bersih sebesar Rp 12,7 miliar‎.