Asosiasi Gula Rafinasi Ngotot Izin Impor Gula Mentah Dipercepat
"Kami tidak mau realisasi impor terlambat lagi seperti kuartal I-2016. Alhasil, harga gula rafinasi jadi tinggi."
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Melihat stok gula mentah untuk bahan baku gula rafinasi yang semakin menipis, Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) mendesak pemerintah supaya mempercepat izin impor gula mentah untuk kuartal IV-2016.
Direktur Eksekutif AGRI Faiz Ahmad menyatakan, dalam waktu dekat, pihaknya akan mengajukan supaya Kementerian Perindustrian (Kemperin) mempercepat menerbitkan rekomendasi impor.
"Selain itu, Kementerian Perdagangan (Kemdag) juga menerbitkan izin impor gula mentah kuartal IV-2016," ujarnya, Rabu (29/6).
Faiz menjelaskan bahwa saat ini terjadi kekurangan bahan baku gula mentah untuk bahan baku industri gula rafinasi. Sayangnya, dia tidak menyebut berapa stok gula mentah yang ada saat ini.
Namun, yang jelas, AGRI berharap pengadaan impor gula mentah kuartal IV-2016 sudah bisa terealisasi pada Juli 2016-Agustus 2016 supaya perencanaan produksi gula rafinasi lebih baik.
"Kami tidak mau realisasi impor terlambat lagi seperti kuartal I-2016. Alhasil, harga gula rafinasi jadi tinggi," ujar Faiz.
Selain itu, AGRI ingin percepatan impor gula rafinasi supaya bisa mendapat harga lebih baik dari negara asal. Maklum, saat ini, tren harga gula dunia cenderung naik.
Menurutnya, kuota impor gula mentah yang diberikan sebenarnya kurang.
Sebab, penetapan kuota tersebut berdasarkan asumsi pertumbuhan industri makanan dan minuman sebagai pengguna gula rafinasi hanya 5% per tahun.
Padahal, pertumbuhan industri makanan dan minuman yang sebenarnya adalah 7% per tahun.
Meski begitu, AGRI tidak mau buru-buru meminta tambahan kuota.
Sebagai informasi, pemerintah menetapkan kuota impor gula mentah tahun ini sebanyak 3,2 juta ton.
AGRI mencatat izin yang sudah keluar sebanyak 1,9 juta ton selama semester l-2016 dan 700.00 ton selama kuartal III-2016. Berarti, masih ada sisa kuota sebanyak 600.000 ton untuk kuartal IV-2016.
Ekonom Faisal Basri mengusulkan agar kebijakan pergulaan mestinya memperhatikan aspek ketahanan pangan, yaitu ketersediaan gula dengan jumlah yang cukup dengan harga yang kompetitif.
Menurut catatan Indonesia Research and Strategic Analysis (IRSA), peningkatan pasokan gula konsumsi maupun gula rafinasi relatif lambat, rata-rata hanya 3,9% per tahun.
Pada 2015, produksi gula konsumsi sebanyak 2,49 juta ton, sementara realisasi produksi gula rafinasi mencapai 2,8 juta ton.
Reporter: Adisti Dini Indreswari