Bisnis Game Sedang Naik Daun, Perusahaannya Diburu untuk Diakuisisi
Bulan Juni 2016 lalu Tencent Hodings Ltd menjadi pemimpin konsorsium untuk mengakuisisi 84 persen saham Supercell Oy.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING- Bisnis gaming kembali naik daun. Sebuah konsorsium asal China siap berkolaborasi untuk melakukan akuisisi jumbo atas perusahaan game.
Perusahaan yang menjadi target adalah anak usaha Caesars Interactive Entertainment Inc, Playtika Ltd dengan nilai transaksi US$ 4,4 miliar.
Pemimpin konsorsium China ini adalah Shanghai Giant Network Technology Co Ltd (Shanghai Giant), pengembang gim besar di China.
Anggota konsorsiumnya adalah Alibaba Group Holding Ltd, Yunfeng Capital, China Oceanwide Holdings Group Co, China Minsheng Trust Co, CDH China HF Holdings Co Ltd, dan Hony Capital Fund.
Saat ini saham Caesars dikuasai Caesars Acquisition Co dan Caesars Entertainment Corp.
Sumber Reuters yang mengetahui transaksi tersebut mengatakan, negosiasi antara konsorsium dan pemilik bisnis Caesars terjadi sejak 21 Juli 2016 lalu.
Seperti diberitakan, salah satu unit usaha Caesars, yakni Caesars Entertainment Operating Co Inc (CEOC) tengah berupaya keluar dari utang senilai US$ 18 miliar.
Perusahaan ini tengah mengajukan rencana restrukturisasi kepada kreditur.
Playtika merupakan produsen game online bertajuk Bingo Blitz dan Slotomania yang dipasarkan lewat app store Apple Inc.
"Playtika merupakan perusahaan yang sangat menguntungkan, pemilik sejumlah gim terlaris dengan jutaan pengguna setiap hari," ujar Mitch Garber, Chairman dan CEO Caesar Interactive seperti dikutip Bloomberg.
Sementara Shanghai Giant merupakan perusahaan gim terbesar di China dengan pengguna aktif sebanyak 50 juta orang per bulan.
Pada tahun 2014, Shanghai Giant diakuisisi oleh konsorsium yang salah satu anggotanya adalah Baring Private Equity Asia Ltd.
Saat ini, total valuasi Shanghai Giant mencapai US$ 12 miliar.
Investasi
Belakangan, memang banyak perusahaan ingin memperbesar pangsa pasarnya di bisnis game, seperti yang dilakukan Shanghai Giant bersama Alibaba Group.
Bulan Juni 2016 lalu Tencent Hodings Ltd menjadi pemimpin konsorsium untuk mengakuisisi 84 persen saham Supercell Oy.
Saham Supercell yang akan dibeli salah satunya milik SoftBank.
"Digitalisasi memicu evolusi industri gim di pasar dunia yang dikuasai oleh sejumlah pebisnis raksasa," kata Joost van Dreunen, CEO SuperData Research, dikutip Bloomberg.
Melalui akuisisi tersebut, Tencent berharap bisa mencicipi pasar game internasional dan membuka peluang kerjasama yang lebih besar dengan pemain lain.
Google Inc pun menjadi pendukung lahirnya Pokemon Go yang dibuat Niantic Labs dan Nitendo.
John Hanke, CEO Niantic Labs yang juga mantan pekerja Google, sukses meyakinkan mantan perusahaan tempatnya bekerja dan investor lain untuk menyuntikkan dana US$ 25 juta demi mengembangkan Pokemon Go.
Reporter: Yuwono Triatmodjo