Permintaan Pasar Global Terhadap Produk Halal Meningkat, Peluang Buat Indonesia dan Malaysia
“Belum sampai 20 persen dari permintaan. Maka ini adalah kondisi yang kritis, tidak mungkin bisa dipenuhi hanya oleh satu negara.”
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia melakukan kerja sama dengan Malaysia dalam hal pengembangan produk halal dan promosi melalui kadin.ehalal.com untuk menjawab tingginya permintaan produk halal di pasar global.
CEO Halal Industry Development Corporation (HDC) Dato’ Seri Jamil Bidin mengungkapkan permintaan yang tinggi terhadap produk halal belum bisa dipenuhi oleh produsen yang ada.
“Belum sampai 20 persen dari permintaan. Maka ini adalah kondisi yang kritis, tidak mungkin bisa dipenuhi hanya oleh satu negara,” katanya dalam acara forum ehalal.com di Jakarta, Senin (1/8/2016).
Dengan itu, Indonesia dan Malaysia sebagai negara dengan penduduk muslim yang besar dipandang perlu bekerja sama.
Sementara itu, Ketua Kamar Dagang Indonesia Rosan P Roeslani mengatakan, ada beberapa hal penting bila ingin meningkatkan produk halal di Indonesia.
"Membangun kesiapan dan mengembangkan sikap aksestabilitas dalam menghadapi tantangan atas memanfaatkan peluang yang berkembang didalam dunia usaha, seperti bisnis produk halal," ujar Rosan.
Persaingan memperebutkan pasar produk halal pada era perdagangan bebas pada saat ini tidak lagi menjadi monopoli negara-negara Islam atau negara negara berpenduduk muslim terbesar.
"Negara-negara non muslim telah mempersiapkan perangkat sarana dan persyaratan kehalalan suatu produk sehingga dapat diterima oleh konsumen produk halal," ungkapnya.
Rosan menyebut nilai pasar produk halal pada 2014 mencapai 2,3 triliun dollar AS dan angkanya diproyeksi meningkat menjadi 3,7 triliun dollar AS pada 2019.
Permintaan produk halal tidak hanya dari negara dengan penduduk muslim saja yang besar, tapi juga dari negara-negara nonmuslim.
Penulis: Pramdia Arhando Julianto