Bank Indonesia Bilang Suku Bunga Acuan Tidak Bisa di Bawah Inflasi
Bank Indonesia (BI) menyatakan suku bunga acuan BI (BI Rate) akan selalu berada di atas inflasi,
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan suku bunga acuan BI (BI Rate) akan selalu berada di atas inflasi, agar bunga simpanan di perbankan masih tetap menarik di mata masyarakat.
"BI Rate tidak bisa turun signifikan karena inflasi kita masih tinggi dan sulit dibawah inflasi. Teorinya suku bunga harus ada sedikit di atas inflasi," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara, Jakarta, Senin (15/8/2016).
Ia mencontohkan, untuk simpanan dengan nilai saldo di atas Rp 2 miliar kebanyakan para nasabah tersebut, tidak mau menaruh uangnya di bank jika suku bunga acuan BI Rate berada dibawah angka inflasi.
"Saya ambil contoh orang-orang kaya itu mereka itu gak mau jika inflasi 5 persen , dikasih bunga 3 persen, tapi kalau penabung kecil (di bawah Rp 2 miliar) itu tidak punya pilihan," ucap Mirza.
Berdasarkan data BI, saat ini total rekening simpanan di bank mencapai 184 juta rekening, di mana simpanan di bawah Rp 2 miliar per Juni 2016 mencapai 183 juta rekening, sementara untuk simpanan diatas Rp 2 miliar mencapai 221 ribu rekening.
Sementara itu, terkait dengan akan dijalankannya reformasi kebijakan operasi moneter baru yakni dengan merubah suku bunga acuan dari BI Rate menjadi BI 7-day Reverse Repo Rate, Ia berharap, perbankan dapat meresponnya lebih cepat baik dari sisi bunga deposito maupun bunga kredit.
Pada 19 Agustus 2016 BI akan mulai menerapkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebagai suku bunga acuan yang baru. Tercatat pada Juli 2016, BI 7-day Reverse Repo Rate berada pada level 5,25 persen dan BI Rate pada level 6,5 persen.