Sentra Jamu Kembangkan Keberadaan Jamu Indonesia
Kebudayaan merupakan hasil karya cipta dan karsa manusia.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kebudayaan merupakan hasil karya cipta dan karsa manusia. Tanpa kebudayaan manusia akan kehilangan karakter dalam kehidupan keseharian.
Beragam budaya Indonesia seperti budaya mensyukuri nikmat dan berkah yang sudah diterima, budaya menghargai karya orang tua atau leluhur, cinta kepada pekerjaan yang sedang dilaksanakan dan solidaritas atau gotong-royong saling menolong dan membutuhkan maupun mencintai nilai-nilai budaya yang dilakukan melalui pagelaran kesenian tradisional harus selalu dapat dilestarikan di tengah-tengah kehidupan masyarakat terutama generasi penerus bangsa.
Sentra Jamu Indonesia sebagai entitas berkumpulnya anak bangsa para pecinta warisan budaya menginginkan jamu sebagai warisan nenek moyang tidak boleh tergeser selangkah pun karena pengaruh budaya asing maupun pergeseran gaya hidup masyarakat Indonesia itu sendiri.
Founder Sentra Jamu Indonesia J Sofyan Hidayat dalam peluncuran Venue Sentra Jamu Indonesia di Jakarta, Rabu (10/8/2016) lalu, mengingatkan bangsa tanpa budaya seperti manusia akan kehilangan karakter dan jati dirinya.
Masuknya budaya Barat ke Indonesia, jelas Sofyan Hidayat, disebabkan salah satunya karena adanya krisis globalisasi yang dianggap meracuni Indonesia.
“Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat dan menyangkut berbagai bidang kehidupan. Pengaruh negatif akan menghasilkan dampak yang sangat luas pada sistem kebudayaan masyarakat. Begitu cepatnya pengaruh budaya asing itu menyebabkan terjadinya goncangan budaya (culture shock) atau suatu keadaan dimana masyarakat tidak mampu menahan berbagai pengaruh kebudayaan yang datang dari luar sehingga terjadi ketidakseimbangan kehidupan masyarakat," ujar Sofyan.
Menurut Dirut PT Industri Jamu dan Farmasi SidoMuncul Tbk ini, penyerapan unsur budaya luar yang dilakukan secara cepat dan tidak melalui proses internalisasi yang mendalam dan adanya harmoni kearifan lokal dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan antara wujud yang ditampilkan dan nilai-nilai yang menjadi landasannya atau yang biasa disebut ketimpangan budaya.
“Indonesia adalah Negara jamu. Karena ini warisan adiluhung para pendiri bangsa ini tentu kita sebagai anak bangsa pewaris tidak ingin kehilangan budaya alam ini. Terutama dengan perkembangan hubungan antarnegara dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Optimisme sebagai bangsa besar dan kaya harus terus digelorakan. Sebagai bangsa besar, kita tak gentar atas pengaruh itu sebagai sebuah keniscayaan. Tetap kita harus bersatu sehingga mampu berkompetisi bahkan mengalahkan MEA,” jelas Sofyan.
Peluncuran Sentra Jamu Indonesia dihadiri beberapa peneliti, akademi, pelaku seni, pengusaha, pemerhati kebudayaan serta pers. Salah satunya pakar herbal dan dosen Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof Dr Suwijiyo Pramono, pianis ternama Tommy F Awuy, Walter Van Oei, pelukis yang disejajarkan dengan Picasso, Chagall, Leger, penyair Eka Budianta, penyanyi Del Sarono dan pemerhati kebudayaan Arswendo Atmowiloto.
Pengamat kebudayaan Arswendo Atmowiloto yang dipercaya untuk mengelola Sentra Jamu Indonesia mengatakan venue menjadi center excellent bagi siapa saja yang peduli kepada perkembangan jamu. Sentra Jamu Indonesia yang merupakan komunitas yang dinaungi oleh PT Muncul Mekar-distributor utama dan pemegang jalur distribusi satu-satunya dari semua produk SidoMuncul didedikasikan untuk masyarakat Indonesia agar terus mengembangkan keberadaan Jamu di Indonesia melalui berbagai bidang.
Tidak terbatas pada bidang penelitian. Standarisasi, pengembangan, dan terutama kegunaan langsung untuk masyarakat serta memasyaratkan melalui diskusi, tulisan, talkshow dan penerbitan atau sarana lainnya.
Di hadapan 100 grosir jamu se Jakarta, Sofyan Hidayat mengingatkan meski manfaat dan khasiat jamu sudah dikenal sejak ratusan tahun yang lalu. Namun, selama berpuluh-puluh tahun itu pula, ‘derajat’ jamu tidak bisa diangkat meskipun baik bagi kesehatan dan tanpa efek samping. Hal ini disebabkan karena masyarakat sendiri belum sepenuhnya mengerti akan jamu.
“Bagaimana kita pelaku, penyuka, dan pemerhati jamu bisa lantang bicara tentang masa depan jamu jika kita tidak memiliki mental untuk mengubah paradigma masyarakat terhadap jamu. Revolusi mental untuk jamu juga harus dijalankan dengan cara mengubah rasa jamu yang imagenya pahit menjadi enak, segar, dan berhasiat,” ujar Sofyan.
Tekadnya bahwa jamu harus menjadi produk yang aman, rasional, jujur. dan banyak tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Maka selama membesarkan SidoMuncul, Sofyan Hidayat, meyakini mutu dan kemauan terus untuk berinovasi dalam peningkatan produk-lah yang membuat konsumen dan distributor loyal kepada produk SidoMuncul. Sofyan berharap para pedagang jamu seduhan membangkitkan kembali, semangat berjualan jamu dengan rasa yang enak dengan sebutan “Kafe” agar bisa mengangkat derajat jamu di masa kini.
Misalnya saja seperti di Sentra Jamu Indonesia, didesain seperti café untuk nongkrong menikmati karya seni, budaya, makanan kuliner kas Indonesia dan minum jamu yang tidak hanya menyegarkan tetapi berkhasiat.
“Masyarakat kita terkadang lupa, misalnya, minuman cukup menyegarkan tapi belum tentu sehat dan berkhasiat. Jadi peluang jamu masih bisa bersiang dan menjadi primadona masyarakat urban jika kita mengemas dengan modern dan tidak kampungan,” jelasnya.
Sofyan akan mengupayakan untuk membuka usaha jamu secara modern, sederhana tetapi tetap trendy dengan sajian jamu yang sudah diblender dengan kombinasi aneka rasa segar kepada semua masyarakat Indonesia yang serius.
“Saya percaya. jika jamu disajikan dengan selera masa kini terutama bagi kawula muda dan mengikuti gaya hidup masyarakat, maka masa depan jamu tidak akan terkikis dimakan jaman. Bahkan jamu bisa memberikan nilai tambah peluang bisnis bagi masyarakat menengah kebawah terutama bagi Ibu Rumah Tangga dan Kawula Muda,” ujarnya.
Idealismenya adalah Sido Muncul. “Saya ingin seluruh masyarakat Indonesia bisa banyak berdagang supaya perdagangan Indonesia makin maju. Misal, banyak orang bikin café jamu maka mereka bisa lebih produktif dan bisa sejahtera karena dapat pemasukan. Tanggung jawab kita sebagai anak bangsa sebagai motor pendorong agar rakyat Indonesia menjadikan jamu sebagai budaya bangsa Indonesia dan menjadi produk unggulan bangsa terbaik di dunia,” ujar Sofyan