BI Yakin Rupiah Bisa di Bawah Rp 13.000 Per Dolar
Hingga tanggal 1 Juli kemarin, secara year to date rata-rata nilai tukar sudah berada di level Rp 13.352 per dollar AS.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Bank Indonesia (BI) memperkirakan pergerakan nilai tukar rupiah rata-rata untuk tahun 2017 akan berada dalam rentang antara Rp 13.300-R 13.600 per Dollar AS.
Selain karena faktor fundamental ekonomi dalam negeri yang akan membaik, hal itu ditopang juga sentimen global seperti rencana kenaikan fed fund rate (FFR) oleh The Fed.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, faktor lainnya yang akan mempengaruhi adalah program tax amnesty. Tax amnesty akan mendorong banyaknya capital inflow.
Bahkan, dengan banyaknya arus dana masuk ke dalam negeri mata uang garuda berpotensi untuk menguat hingga menembus di bawah Rp 13.000 per dollar AS.
"Tapi hal itu sifatnya sementara, karena bukan karena fundamental," kata Agus, Kamis (1/9) malam.
Sementara faktor fundamental yang akan menentukan di antaranya adalah, perkiraan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1%-5,5%, pertumbuhan kredit sebesar 12%, dan Current Account Deficit (CAD) sebesar 2,7%.
Hal itu disampaikan Agus dalam rapat kerja bersama pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), semalam.
Dalam kesempatan tersebut, Agus juga menyebutkan perkiraan nilai tukar rupiah rata-rata untuk tahun 2016 sebesar Rp 13.400-Rp 13.800 per Dollar AS.
Hingga tanggal 1 Juli kemarin, secara year to date rata-rata nilai tukar sudah berada di level Rp 13.352 per dollar AS.
Hal itu didukung oleh meningkatnya aliran dana masuk.
Sepanjang Januari-Agustus dan asing yang masuk mencapai Rp 162 triliun. Jumlah itu meningkat hingga empat kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Namun, di akhir Agustus terjadi sedikit aliran dana keluar atau capital reversal. Hal itu dikarenakan statement The Fed, yang akan menaikkan FFR sebelum akhir 2016.
Reporter: Asep Munazat Zatnika