Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Indonesia Perlu 'Roadmap' Pemanfaatan Gambut

Roadmap dan kebijakan berbasis ilmu pengetahuan (science bases policy) dalam pemanfatan gambut adalah satu keniscayaan.

Editor: Sanusi
zoom-in Indonesia Perlu 'Roadmap' Pemanfaatan Gambut
Melvinas Priananda/Melvinas Priananda
Petugas pemadam gabungan dari berbagai unsur berjibaku untuk memadamkan api di lokasi kebakaran lahan gambut yang berada di Kelurahan Air Hitam, Payung Sekaki, Pekanbaru, Kamis (11/8). Selain melibatkan puluhan personel pemadam, dua alat berat juga bekerja sepanjang hari untuk membangun embung penampung air akibat jauhnya sumber air hingga menyulitkan proses pemadaman. Tribun Pekanbaru/Melvinas Priananda 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Roadmap dan kebijakan berbasis ilmu pengetahuan (science bases policy) dalam pemanfatan gambut adalah satu keniscayaan.

Karena itu, perlu ditetapkan batas pemanfaatan gambut untuk budidaya dan konservasi agak tidak menimbulkan kebingungan.

Selain itu, penetapannya harus berdasarkan data, fakta, dan kebenaran.

Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Herry Suhardiyanto mengingatkan, dalam menetapkan keputusannya, kepentingan pusat, daerah, masyarakat, dan korporasi harus dilihat secara komprehensif.

“Jangan sampai karena fragmentasi daerah administrasi lalu kepentingan nasional terabaikan,” kata dia, Rabu (5/10/2016).

Menurut Herry masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan pemanfaatan gambut itu kenyataan. Bahkan ada kota yang sudah diatas gambut. Hanya saja, pemanfaatan gambut untuk budidaya harus dijaga agar tidak terbakar.

“Tata kelola air (water management) yang ketat dan dispilin seharus bisa menjaga gambut dari berbagai kerusakan.”

BERITA REKOMENDASI

Herry mengatakan, gambut merupakan sumber daya alam yang luar biasa. Kalau tidak dikelola dengan baik, bisa oleh manusia atau karena faktor alam menjadi bencana.

Karena itu, perlu pengelolaan yang benar dengan sistim pengelolaan berkelanjutan.

“Jadi perlu ada syarat dalam pemanfatan gambut. Masalahnya, sering kita mengambil satu hal saja sebagai kebenaran, tetapi mengabaikanpendapat lain.”

Herry menambahkan, perbedaan cara pandang dalam dunia akademisi merupakan hal lumrah.

Hanya saja, jika terjadi perbedaan cara pandang akademisi dalam berbagai persepektif, harus dikembalikan kepada data, fakta dan kebenaran.


“Setiap keputusan harus berbasis pada ilmu pengetahuan dan kebenaran serta komprehensif. Sebaiknya, akademisi tidak hanya berpikir hanya untuk satu kepentingan jangka pendek tetapi harus berpikir untuk kepentingan nasional jangka panjang. “

Selain itu, ilmu pengetahuan harus jadi rujukan utama dalam perumusan kebijakan. Setelah itu harus diturunkan dalam kebijakan-kebijakan yang memastikan peran semua pihak secara komprehensif.

Direktur Direktorat Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dodik Ridho Nurrochmat mengatakan, Indonesia perlu memperkuat kerja sama yang efektif antara kehutanan, lingkungan, dan ilmuwan.

“Isu utama adalah science sociality policy. Jadi bagaimana kita berharap ke depannya kebijakan-kebijakan di sektor agro industri harus berbasis ilmu pengetahuan,” kata Dodiek pada IUFRO International and Multidisciplinary Scientific Conference di IPB International Convention Center, Bogor yang diadakan pada 4-7 Oktober 2016.

Menurut Dodik, saat ini penetapan kebijakan hanya menonjol dari kepentingan politik. Ilmu pengetahuan, terlibat hanya pada saat proses pengambilan kebijakan.

“Ke depan kita mengharapkan politik juga mendengarkan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dalam berbagai kebijakan.”

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas