Ekonomi Tumbuh 5,04 Persen
Bila dirinci pertumbuhan ekonomi di Indonesia Barat mengalami peningkatan dari 4,38% pada 2015 menjadi 4,84% pada 2016.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Selama Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) memerintah dua tahun tercatat pertumbuhan ekonomi pada Semester I 2016 meningkat menjadi 5,04% dibandingkan periode yang sama di tahun 2015 yang sebesar 4,79%.
"Di tengah perlambatan dan ketidak-pastian global, perekonomian Indonsia masih tumbuh dan termasuk salah satu yang tinggi di Asia," sebut data BPS yang diolah Kantor Staf Presiden yang diterima Tribunnews.com, Kamis (20/10/2016).
Disebutkan tercatat pertumbuhan ekonomi pada 2014 sebesar 5,02%.
Kemudian ekonomi mengalami perlambatan turun menjadi 4,79% pada 2015 dari 5,02% pada tahun sebelumnya.
Sedangkan semester I 2016, eknomi Indonesia kembali tumbuh sebesar 0,25% atau menjadi 5,04%.
Bila dirinci pertumbuhan ekonomi di Indonesia Barat mengalami peningkatan dari 4,38% pada 2015 menjadi 4,84% pada 2016.
Sementara itu pertumbuhan ekonomi di Indonesia Timur mengalami perlambatan dari 8.03% pada 2015 menjadi 6,05% pada 2016.
Sedangkan posisi utang luar negeri mencapai 324,2 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau naik 6,4% (YoY).
Demikian berdasarkan data Kantor Staf Presiden (KSP) yang diterima Tribunnews.com, Kamis (20/10/2016).
Sedangkan berdasarkan jangka waktu asal, utang luar negeri jangka panjang mencapai 283,0 Miliar dolar AS atau naik 8% (yoy).
Sementara utang luar negeri jangka pendek turun tercatat sebesar 41,2 Miliar dolar AS atau turun 3.6% (yoy).
Berdasarkan kelompok peminjam, posisi ULN Indonesia masih didominasi ULN sektor swasta.
"Beberapa indikator beban utang luar negeri, meskipun mengalami peningkatan, namun masih menunjukkkan bahwa pengelolaan beban utang luar negeri Indonesia masih terkendali," sebut KPS dalam datanya kepada Tribunnews.com.
Berdasarkan data Bank Indonesia (SULNI/Statistik Utang Luar Negeri Indonesia) yang diolah KSP, terlihat ULN pemerintah sebesar 124 miliar Dolar AS pada Desember 2014.