Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Ironi Impor Pacul di Negeri Agraris

Budaya instan tampaknya telah merasuk ke seluruh sendi negeri ini. Pengambil kebijakan pun pilih mencari cara instan untuk mencapai tujuan.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Ironi Impor Pacul di Negeri Agraris
KOMPAS IMAGES
Cangkul impor produksi China diperdagangkan di sebuah toko bahan bangunan di daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan. 

Dalam perkiraan Kementerian Perindustrian (Kemperin), kebutuhan cangkul secara nasional per tahun mencapai 10 juta potong.

Hanya saja Kemperin tidak merinci berapa banyak kebutuhan untuk sektor pertanian dan perkebunan, maupun cangkul untuk mendukung proyek bangunan.

Sayangnya pemerintah tak punya data pasti berapa besar, kemampuan industri lokal untuk memproduksi cangkul.

Maklum cangkul, sekop, sabit , dan alat-alat produksi pertanian yang sifatnya manual lebih banyak diproduksi industri kecil dan pandai besi skala rumah tangga. Industri besar yang bermain di bisnis ini minim.

Salah satu industri besar adalah PT Boma Bisma Indra (BBI), yang diperkirakan memiliki kemampuan produksi sekitar 700.000 potong cangkul per tahun.

“Selain itu, terdapat 2.000 IKM yang turut memproduksi cangkul yang tersebar di 12 sentra,” ungkap Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kemperin I Gusti Putu Suryawirawan.

Sementara kapasitas produksi usaha kecil (UKM) seperti UD Dua Sriti yang berlokasi di Sidoarjo Jawa Timur, hanya sekitar 40 lusin sehari atau sekitar 175.000 setahun.

Berita Rekomendasi

Yusuf Arifianto, pemilik UD Dua Sriti mengklaim cangkul hasil produksinya memiliki kualitas jauh lebih bagus jika dibandingkan dengan produk impor dari China.

Ia menduga cangkul China yang banyak beredar di pasar lebih banyak masuk dari jalur ilegal sehingga harga jual menjadi jauh lebih murah.

UD Dua Sriti saat ini memproduksi cangkul, sekop, linggis, kapak, dan alat pertanian lainnya lebih dari 10 tahun. Untuk cangkul, pabrik ini mengeluarkan merek Raptor yang sudah tersebar ke penjuru nusantara.

Dari penelusuran KONTAN cangkul buatan pandai besi lokal saat ini dijual di pasar dengan harga Rp 60.000–Rp 130.000. Sedangkan cangkul buatan pabrik lokal harganya mencapai Rp 34.000–Rp 60.000 per kepala cangkul.

Cangkul impor dijual dengan harga bervariasi, tergantung mereknya. Misalnya cangkul Scock Brand dengan cap Ayam Jantan dipasarkan seharga Rp 60.000 per unit.

Merek cangkul asal China lainnya yang sudah lama eksis di berbagai toko perkakas di tanah air adalah Crocodile. Cangkul berlogo buaya ini dilego Rp 60.000–Rp 80.000 per unit.

Reporter: Dadan M. Ramdan

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas