Pelemahan Rupiah Berlanjut
Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk Rully Nova mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah masih berlanjut
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk Rully Nova mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah masih berlanjut di mana pelaku pasar kembali memburu dollar AS di tengah minimnya sentimen positif baru yang beredar baik dari eksternal maupun domestik.
"Dengan situasi yang minim sentimen, maka dollar AS masih diburu oleh pelaku pasar uang dan berimbas pada pelemahan sejumlah mata uang Asia termasuk rupiah," katanya sebagaimana dilansir Antara, Kamis (22/12).
Ia menambahkan bahwa menjelang publikasi data ekonomi Amerika Serikat salah satunya mengenai produk domestik bruto (PDB) dan klaim pengangguran yang diperkirakan mengalami perbaikan turut menjadi sentimen positif bagi dollar AS.
"Di tengah ekspektasi yang optimis itu dollar AS cenderung melanjutkan penguatannya," katanya.
Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk, Adrian Panggabean menambahkan bahwa prospek kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (Fed Funds Rate) sebanyak tiga kali pada 2017 juga akan membuat tren penguatan dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah.
"Pergerakan rupiah saat ini cenderung tergantung beberapa faktor eksternal, tapi secara fundamental rasanya rupiah akan bergerak di kisaran Rp13.000-Rp13.500 per dollar AS," ujarnya.
Menurut Adrian, untuk menghindari efek negatif tersebut, maka perlu adanya kebijakan dari pemerintah yang dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan modal, sehingga menjaga momentum pertumbuhan ekonomi serta menjaga angka inflasi pada level yang rendah.
Di pasar spot, hari ini kurs rupiah terhadap dollar AS melemah tipis 0,07 persen ke level Rp 13.469 dibanding sehari sebelumnya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.435 dibandingkan Rabu (21/12) Rp13.473. (Yudho Winarto)