Noviandri Pertanyakan Keikutsertaan Saudi Aramco di Kilang Cilacap
Perusahaan asal negara Timur Tengah, Saudi Aramco menawarkan pengembangan kilang Cilacap Pertamina.
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perusahaan asal negara Timur Tengah, Saudi Aramco menawarkan pengembangan kilang Cilacap Pertamina. Melalui teknologi miliknya, minyak yang dihasilkan dari kilang bisa menjadi Euro 5.
Ketua Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) Noviandri menilai keikutsertaan Saudi Aramco di dalam kilang Cilacap menimbulkan bahaya bagi integritas dan kepemilikan kilang.
Melalui skema Joint Venture, Noviandri menilai Saudi Aramco bisa menguasai kilang Cilacap.
"Kilang Cilacap akan mudah dikuasai asing," ungkap Noviandri di kantor pusat PT Pertamina, Jakarta, Selasa (27/12/2016).
Noviandri menjelaskan skema Joint Ventrue hanya akan melemahkan Pertamina dalam kepemilikan kilang Cilacap. Karena hal tersebut FSPBB menolak keputusan Joint Venture oleh Saudi Aramco.
"Kami berharap direksi dan Kementerian BUMN dapat membuka mata atas fakta yang akan terjadi dikemudian hari," ungkap Noviandri.
Noviandri memaparkan jika Saudi Aramco ingin bekerjasama dengan Pertamina, sebaiknya di kilang refinery grass root. "Kilang Eksisting jangan di Joint Venture-kan tapi silahkan yang di grassroot saja," kata Noviandri.
Noviandri menambahkan selama proses pengembangan unit atau produksi maka Saudi Aramco bisa mendapatkan jatah. Pasalnya perusahaan asing itu telah menyuntikan modal tambahan untuk meningkatkan teknologi.
Noviandri pun yakin kemampuan finansial Pertamina sendiri sudah cukup untuk meningkatkan kemampuan kilang tanpa ada campur tangan dari pihak asing.
"Kalau Pertamina memang tidak mampu biayai kenapa tidak terbitkan bound atau utang ke bank saja," papar Noviandri.