Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Cirebon Ini Sukses Olah Bonggol Pisang Jadi Abon
"Sebelum diproses, diparut, direndam, dikukus untuk mematangkan dan menghilangkan getah selama 15 menit."
Editor: Choirul Arifin
Untuk pasar online, ia memasarkannya masih seputar Jawa Barat dan Yogyakarta. Ke depan ia ingin memberdayakan pengangguran di daerahnya sebagai tenaga pemasaran.
"Saya jual Rp 30.000 per 200 gram. Agar tahan lama, abon dikemas dalam toples," imbuhnya.
Harga tersebut, sambung dia, jauh lebih murah dibanding abon ayam dan sapi. Apalagi, Hera nyaris tidak mengeluarkan modal dalam pembuatannya.
"Bumbu ada tinggal ambil di kebun, pohon pisang juga banyak banget di kampung saya. Jadi hampir tidak ada modal uang yang keluar," terangnya.
Untuk menjaga kesehatan, produk yang diberi merek Aboping ini menggunakan bahan alami. Ia lebih memilih kapur sirih daripada baking powder dan toples dibanding plastik untuk pengemasan.
"Bisnis abon baru tiga bulan dan ini pertama kalinya di Indonesia," ucapnya.
Selain abon, ia memproduksi kripik bonggol pisang sejak setahun lalu. Produksinya mencapai 200 bungkus per hari dengan nilai jual Rp 7000/bungkus/100 gr.
Untuk mengembangkan bisnisnya, Hera mengikuti lomba Astra Start up Challange dan lolos. Ia menjadi satu dari 25 proposal yang akan mendapat pelatihan dan pendampingan sekitar enam bulan.
"Yang mengirimkan proposal 1.157. Dari sana disaring 25 orang dan akan dipilih menjadi 3 terbaik," ucap Head of Public Relation PT Astra International Tbk, Yulian Warman.
Yulian menjelaskan, kegiatan ini baru pertama kalinya diadakan dan diikuti 20 provinsi di Indonesia. Ke depan, cakupannya akan diperluas.
Penulis: Reni Susanti