Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

PHK Karyawan Kontrak, Luhut: Freeport Kejam!

"Itu cara yang tidak umum pada perusahaan besar multinasional karena mem-'blackmail' (mengancam) mau 'layoff'. 'Kan enggak benar."

Editor: Choirul Arifin
zoom-in PHK Karyawan Kontrak, Luhut: Freeport Kejam!
TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/LENDY RAMADHAN
Menteri Koordinator Kemaritiman RI, Jend. TNI. Purn. Luhut Binsar Panjaitan menghadiri forum Asosiasi Pemerinatah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) yang digelar di Sudirman Center, Grand Sahid Jaya, Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu (14/12/2016). Dalam forum tersebut Mantan Kepala Staff Kepresidenan itu memberikan arahan mengenai solusi pembebasan lahan untuk pembangunan infrastruktur. TRIBUNNEWS.COM/LENDY RAMADHAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menyebut aksi pengurangan karyawan atau layoff tenaga kerja yang dilakukan PT Freeport Indonesia kejam.

Luhut yang ditemui di Kemenko Kemaritiman mengatakan, cara tersebut tidak umum dilakukan oleh perusahaan besar sekelas PTFI.

"Itu cara yang tidak umum pada perusahaan besar multinasional karena mem-'blackmail' (mengancam) mau 'layoff'. 'Kan enggak benar," katanya, Senin (20/2/2017).

Menurut mantan Menko Polhukam itu, perusahaan seharusnya bertanggung jawab atas hidup para karyawannya. "Dia (Freeport) kejam (lakukan) 'layoff'," ujarnya.

Sebelumnya, Freeport mengancam akan melakukan pemutusan hubungan kerja yang bekerja di tambang Grasberg, Mimika, pekan ini.

Baca: Freeport Ancam PHK 12.000 Karyawan Kontrak

President dan CEO Freeport McMoRan Inc Richard C. Adkerson dalam jumpa pers di Jakarta, Senin, mengaku bahwa pihaknya telah melakukan PHK terhadap sejumlah karyawannya 2 hari lalu.

Berita Rekomendasi

Pekan ini, rencananya perusahaan itu akan melakukan PHK terhadap karyawan kontraktor. Dari 32 ribu karyawan yang bekerja saat ini, sebanyak 12.000 orang merupakan karyawan kontraktor.

Menurut Richard, PHK dilakukan karena perusahaan tersebut harus menjaga bisnisnya secara finansial. Salah satu upaya menjaga bisnisnya adalah dengan pemutusan hubungan kerja tersebut.

Sejak berakhirnya izin ekspor pada tanggal 12 Januari lalu, kata dia, kegiatan operasi Freeport sudah terganggu.

Baca: Freeport Bantah Gunakan PHK Sebagai Senjata untuk Menekan Pemerintah RI

Ia mengungkapkan, perusahaan telah berhenti beroperasi sejak 10 Februari lalu lantaran tidak ada tempat penyimpanan konsentrat.

Hal itu juga diperparah dengan adanya pemogokan kerja oleh karyawan smelter Gresik, yang hanya mampu menyerap 40 persen produksi konsentrat dari tambang di Grasberg.

"Kami berhenti operasi pabrik kami 10 hari yang lalu karena tidak ada 'storage' (penyimpanan) untuk simpan konsentrat kami dan tidak bisa ekspor konsentrat. Kami tidak bisa menghasilkan produk yang tidak bisa kami jual. Akibatnya, kami turunkan produksi sangat tajam," ujarnya.

Richard mengaku prihatin dengan keadaan tersebut. Namun, dia menegaskan hal tersebut dilakukan bukan untuk menekan pemerintah dalam rangka negosiasi status kontrak.

"Kami lakukan ini bukan karena negosiasi dengan pemerintah, melainkan hanya terpaksa agar bisnis bisa berjalan secara finansial. Kami harap bisa segera ada jalan keluar," ujarnya.

 
SUMBER : Antara

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas