Impor Daging Kerbau dari India Gagal Turunkan Harga Daging di Pasar
Hilal, pedagang daging lainnya mengatakan, harga di bawah Rp 60.000 per kg yang ditawarkan Perum Bulog sebenarnya tidak masuk akal.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Target pemerintah menurunkan harga daging sapi dengan mengimpor daging kerbau asal India, gagal. Janji pemerintah untuk menjaga harga daging kerbau impor di kisaran Rp 80.000 per kg juga tidak tercapai.
Fakta di lapangan masih ditemukan, harga daging kerbau Rp 110.000 per kg.
Di sisi lain, harga daging sapi segar di pasaran juga masih stabil tinggi di kisaran Rp 115.000 per kg. Dengan begitu, selisih harga daging sapi dan daging kerbau menjadi tipis.
Pantauan KONTAN di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, harga daging kerbau dipasarkan lebih tinggi dari janji pemerintah sebelumnya.
Menurut Daud, salah seorang pedagang daging di Pasar Jatinegara, dirinya menjual daging kerbau dari India dalam kondisi segar alias sudah dicairkan dari kondisi beku, seharga Rp 110.000 per kg.
Daud juga menjual daging kerbau dalam kondisi beku dengan harga lebih rendah, yakni Rp 70.000 per kg.
Daud beralasan, daging kerbau yang sudah dicairkan dihargai lebih tinggi karena menghitung ongkos membersihkan daging dari lemak beku yang menempel di daging.
Apalagi menurut Daud, apabila konsumen membeli daging kerbau beku, berat daging juga akan berkurang karena terjadi penyusutan. "Daging kerbau cair lebih bersih, karena saya bersihkan juga lemak-lemaknya," kata dia.
"Biasanya pelanggan katering banyak yang mencari karena lebih mudah kalau dimasak, daripada harus membeli beku dan masih ada lemaknya," imbuhnya, Selasa (28/2/2017).
Hilal, pedagang daging lainnya mengatakan, harga di bawah Rp 60.000 per kg yang ditawarkan Perum Bulog sebenarnya tidak masuk akal. Pasalnya, Bulog tidak menjual daging ini langsung ke pengecer, melainkan melalui agen.
Mestinya, kami sebagai pengecer juga punya kesempatan membeli daging langsung dari Bulog dengan harga di bawah Rp 60.000 per kg, tuturnya.
Intervensi hulu hilir
Sebenarnya, pengecer bisa membeli daging langsung, namun, syarat mendapatkan harga daging kerbau di bawah Rp 60.000 per kg adalah membeli minimal 5 kuintal atau 500 kg. Ini yang menyulitkan pedagang eceran untuk memper harga daging yang murah.
"Apalagi daging kondisi beku dan tak menarik bagi konsumen. Makanya kami kemas ulang dan menaikkan harganya agar laris di pasaran," ujarnya.
Kepala Bidang Ekspor-Impor Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) Asmawi mengatakan, apa yang dilakukan para pedagang daging cukup wajar. Sebab, daging kerbau beku banyak mengalami penyusutan jika dipotong, apalagi dicairkan.
Jika dipotong, sudah menyusut sekitar 2%-3%. Padahal tidak semua konsumen membeli satu kilogram, katanya.
Proses pencairan dan pemotongan lemak juga mengurangi banyak berat daging. Misal, daging kerbau satu kg dicairkan, kandungan airnya sekitar 15%. Belum lagi dibersihkan lemaknya. Lemak kerbau sekitar 25% dari beratnya, kata Asmawi.
Menurutnya, intervensi harga daging harusnya tidak hanya dilakukan dari hulu sampai hilir. Jika pemerintah ingin harga di bawah Rp 100.000 per kg, bisa kerjasama dengan pedagang eceran.
Semua fasilitas frezeer disediakan dan daging kerbau sudah dipotong-potong menjadi 1 kg, kg, dan kg," katanya.
Direktur Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita mengatakan, soal harga menjadi tanggung jawab Kementerian Perdagangan. Pemerintah telah bekerjasama dengan Bulog untuk operasi pasar.
Harga ditentukan sesuai MoU antara Bulog dan Asosiasi Distribusi Daging Indonesia (ADDI) lewat Kementerian Perdagangan, katanya.
Reporter: Elisabeth Adventa