Pasar Baru IORA Sokong Surplus Neraca Dagang RI
Perluasan pasar ekspor baru di kawasan Samudra Hindia efektif menambah surplus neraca perdagangan Indonesia.
Editor: Sanusi
Kepala Ekonom BCA David Sumual juga mengapresiasi langkah pemerintah yang menindaklanjuti pembukaan pasar ekspor baru pasca IORA. Ia menuturkan, selama puluhan tahun negara-negara tujuan ekspor utama Indonesia tidak berubah, sebut saja Amerika, Jepang dan beberapa negara Eropa.
“Jadi kalau sekarang ada kawasan baru, ini akan menjadi potensi pasar yang besar kalau bisa dikembangkan. Kita kan juga khawatir jika mendadak terjadi sesuatu di Amerika. Apalagi kecenderungan China kan pertumbuhan ekonominya juga melambat. Jadi kita perlu diversifikasi, cari pasar baru,” tutur David.
Ia mangatakan, selama ini Indonesia kerap terlena dengan hanya mengekspor sejumlah komoditas dalam bentuk bahan mentah. Karenanya, untuk menggarap pasar baru di kawasan Samudra Hindia, Indonesia harus menggenjot produk-produk manufaktur.
Sejak tahun 1996 sampai tahun 2015, volume dagang antara Indonesia dengan negara-negara IORA memang tercatat terus meningkat. Hanya saja belakangan terlihat lebih fluktuatif dengan neraca perdagangan yang terkadang surplus dan juga defisit.
Data UN Comtrade menyebutkan, pada 1996, surplus neraca dagang Indonesia dengan negara IORA sebesar 451 juta dolar AS, namun pada 2008 anjlok menjadi defisit sebesar 6,3 miliar dolar AS.
Setelah 2009-2011 kembali surplus 2 miliar dolar AS, 915 juta dolar AS dan 1,1 miliar dolar AS, selanjutnya di 2012 sampai 2014, berturut-turut kembali defisit sebesar 4,2 miliar dolar AS, 4,9 miliar dolar AS dan 1,5 miliar dolar AS.
Baru pada tahun 2015 neraca dagang Indonesia dengan negara-negara IORA kembal tercatat surplus sebesar 2,5 miliar dolar AS. Nilai surplus itupun tersebut belum menyamai capaian terbesar surpus di atas 5 miliar dolar AS yang terjadi di tahun 1998, 2000 dan 2007.
Secara umum, sepanjang 2016, neraca perdagangan tercatat surplus 8,78 miliar dolar AS. Catatan surplus tersebut meningkat 14,5 persen dibandingkan 2015 sebesar 7,67 miliar dolar AS. Nilai ekspor Indonesia sendiri tercatat sebesar 144,43 miliar dolar AS dengan impor impor 135,65 miliar dolar AS.
Hanya saja perlu diakui, surplusnya neraca perdagangan tersebut bukan lantaran kinerja ekspor yang meningka drastis, melainkan Karena penurunan angka impor jauh lebih tinggi dibanding penurunan ekspor.
Tercatat nilai impor pada 2016 tersebut turun 4,94 persen dari tahun sebelumnya sebesar 142,7 miliar dolar AS. Penurunan tersebut lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya sebesar 3,95 persen. Sementara ekspor turun dari 150,4 miliar dolar AS di 2015 menjadi 144,43 miliar dolar AS di 2016.
Direktur Kerjasama APEC dan Organisasi Internasional, Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (PPI) Kementerian Perdagangan Deny Kurnia menuturkan, IORA menjadi sarana untuk membangun hubungan antar pemerintahan dan pengusaha dari negara-negara yang tergabung dalam IORA menjadi lebih baik lagi.
Menurutnya, ada enam negara anggota IORA yang termasuk dalam kategori negara yang menjadi perhatian penting pemerintah Indonesia dalam hal perdagangan, yaitu Bangladesh, Kenya, Mozambik, Afrika Selatan, Uni Emirat Arab dan Iran.
“Berbekal daya saing perdagangan Indonesia yang menduduki peringkat 41 dunia, Indonesia berpeluang membangun kemitraan lebih erat dengan anggota IORA sebagai growing partners dan pasar ekspor ke negara-negara non-tradisional,” ujarnya.