Pengamat: Realisasi Proyek Infrastruktur Belum Memuaskan
Banyaknya kendala membuat pembangunan infrastruktur diperkirakan masih mencapai 1/3 dari total kebutuhan.
Editor: Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Proyek-proyek infrastruktur yang dijanjikan Presiden Joko Widodo(Jokowi) masih belum memuaskan. Target yang terlalu tinggi, dengan pendanaan dan kompetensi yang kurang menjadi penyebabnya.
Pengamat infrastruktur Institut Teknologi Bandung Harun Al Rasyid Lubis mengatakan, sampai dengan 2,5 tahun masa kepemimpinan Presiden Jokowi realisasinya belum sampai separuh dari target.
Banyaknya kendala membuat pembangunan infrastruktur diperkirakan masih mencapai 1/3 dari total kebutuhan.
Proyek infrastruktur yang menjadi fokus pemerintahan Jokowi dapat dibagi dalam tiga kategori besar yakni energi (kelistrikan), bidang perhubungan (Kementerian Perhubungan) dan Infrastuktur dibawah kendali Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Di sektor kelistrikan, sampai saat ini masih belum Ada kejelasan. Proyek listrik 35.000 mega watt (MW) terus mengalami koreksi. Pengembangan tenaga listrik tenaga panaskan bumi atau geothermal juga belum berak cepat. Sosialisasi terhadap potensi itu masih minim.
Selanjutnya, proyek infrastruktur perhubungan juga berjalan lambat. Energi di awal pada saat pembangunan masih mentah.
Beberapa hal seperti, kajian lingkungan, proses penugasan pembangunan belum siap dengan baik. Hal ini yang berbahaya, karena akan menjadi risiko.
"Bangun infrastruktur teknik sipil, sebenarnya tidak banyak perubahan, karena tekniknya begitu-begitu saja. Oleh karena itu perlu siapkan lebih matang orang-orang yang kompeten. Rancangan dari awal harus optimal, desain bagus," kata Harun, akhir pekan lalu.
Pembangunan infrastruktur di kementerian PUPR juga banyak hambatan dan kendala. Di sektor pembangunan jalan misalnya, persoalan pembebasan tanah juga masih belum terselesaikan.
Contohnya, beberapa ruas jalan tol trans Jawa yang masih belum beres seluruhnya. Jalan-jalan di Pantura juga masih banyak yang bolong dan hanya ditambal sulam.
Proyek-proyek infrastruktur transportasi masa seperti Mass Rapid Transit (MRT), Light Rail Transit (LRT), kereta cepat Jakarta-Bandung tidak lepas dari kendala ditengah-tengah proses pengerjaannya.
Tidak jelasnya sumber pendanaan akibat anggaran yang kurang tetap menjadi problem utama.
Bahkan, studi analisis keselamatan, atas proyek moda transportasi masa yang direncanakan itu belum tersosialisasikan dengan baik.
Jangan sampai, hanya untuk mengejar penyelesaian sisi keselamatan ditinggalkan.