Warren Buffett: Bisnis Department Store Sedang Suram, Tergusur oleh Online Shop
"Sepuluh tahun ke depan, situasinya akan berbeda dengan saat ini. Dunia berevolusi dan ini akan terus berkembang."
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, OMAHA - Sebagai investor kawakan yang mendunia, pernyataan Warren Buffett, pendiri perusahaan investasi Berkshire Hathaway, tentu tak bisa dianggap sepele.
Kali ini, pria berusia 86 tahun itu mengungkapkan pendapatnya tentang bisnis department store alias toko retail modern yang akan tergusur oleh keberadaan situs belanja online (daring) dalam satu dekade ke depan Pandangan Buffett tersebut disampaikan saat dia menghadiri pertemuan tahunan Berskshire Hathaway dengan para investor di Omaha, Nebraska, Amerika Serikat (AS), Sabtu (6/5) pekan lalu.
Seperti diberitakan Business Insider, Senin (8/5/2017), Buffett menegaskan bahwa kehadiran internet telah mengubah cara belanja masyarakat modern.
"Sepuluh tahun ke depan, situasinya akan berbeda dengan saat ini. Dunia berevolusi dan ini akan terus berkembang, namun dengan kecepatan yang kian meningkat," tutur Buffett, seperti dikutip Business Insider.
Tidak hanya bicara soal prospek buruk bisnis department store, Buffett juga telah merealisasikan kekhawatirannya itu lewat penjualan saham Wal-Mart Stores Inc (Walmart), pemilik jaringan department store terbesar di dunia.
Pada Februari lalu, Buffett telah menjual saham Walmart senilai US$ 900 juta. Dia pun mengalihkan investasinya ke bisnis maskapai penerbangan.
Atas aksi penjualan itu menyebabkan Buffett hampir tidak memiliki lagi saham Wal-Mart.
Padahal beberapa waktu lalu, Wal-Mart juga terus berbenah dengan menginvestasikan miliaran dollar AS untuk dalam hal teknologi digital untuk bersaing dengan raja toko online, Amazon.com.
Kepada CNBC pasca penjualan saham Wal-Mart, Buffett menyatakan bahwa bisnis ritel memang cukup sulit.
"Bisnis ritel sangat rumit. Apalagi yang berhubungan dengan online, sulit untuk dimengerti," ucap Buffett.
Gulung tikar
Sepanjang tahun 2017 ini saja, sudah banyak gerai department store di AS yang menutup lokasi usahanya. Beberapa di antaranya adalah RadioShack, Payless, dan The Limited.
Salah satu yang terbanyak adalah RadioShack, peritel yang bermarkas di Texas, AS. Sepanjang tahun ini saja, perusahaan itu sudah menutup sebanyak 552 gerainya (lihat tabel).
Dalam pernyataan yang disampaikan di situs resminya pada tanggal 8 Maret lalu, manajemen RadioShack mengajukan permohonan pailit.
"Selama hampir 100 tahun, RadioShack melayani kebutuhan masyarakat Amerika Serikat atas produk unik dan bermutu tinggi," kenang Dene Rogeres, Presiden sekaligus Chief Ecxecutive Officer (CEO) RadioShack, dalam pernyataan resminya.
Sejak tahun 2015, manajemen perusahaan toko elektronik tersebut telah berupaya merevitalusasi bisnisnya, termasuk memangkas biaya operasional sebanyak 26% pada tahun 2016.
Namun upaya itu tak banyak memberikan perbaikan. Pemilik 1.500 gerai toko elektronik itu pun harus gulung tikar dan menutup tokonya.
Tidak hanya Buffett, perusahaan pengelola aset Cohen & Steers pekan lalu merilis laporan yang menyatakan peritel modern banyak memiliki kelemahan meski ekonomi bertumbuh, karena perubahan telah terjadi dan bersifat permanen.
Reporter: Yuwono Triatmodjo