Dua Dekade Tertekan, Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia Perlu Roadmap yang Jelas
Jika pesimisme ini dibiarkan, perusahaan akan menderita kerugian yang makin besar dan berakhir pada penutupan usaha secara permanen
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Daya saing industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) domestik semakin tertekan memasuki kuartal II tahun ini.
Pemerintah harus segera menghentikan tren pelemahan ini dengan melibatkan semua pemangku kepentingan terkait untuk merumuskan peta jalan (roadmap) penyelamatan dan pengembangan TPT nasional jangka menengah.
Roadmap ini dinilai sangat penting agar semua pelaku usaha dapat berkontribusi aktif dalam menyehatkan kembali sektor yang sedang berada pada titik kritis.
Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan Industri TPT Indonesia terus tergerus sementara negara berpopulasi besar seperti China dan India serta negara berkembang lain seperti Vietnam dan Bangladesh terus merasakan pertumbuhan pada sektor ini.
Perkembangan TPT Indonesia yang mengarah ke stagnansi ini harus dilihat sebagai peringatan bagi pemangku kepentingan untuk segera membuat skema bersama yang berisi arah demi tercapainya kepastian usaha(business certainty).
Basis dan ketahanan integrasi industri TPT Indonesia yang terbukti terjaga sejak dekade 1980-an saat ini menghadapi ancaman perpecahan usaha.
Kecenderungan ini terindikasi dari menurunnya optimisme pelaku pasar menanggapi pertumbuhan sektor yang bahkan tidak sejalan dengan pertumbuhan konsumsi domestik, di samping dengan ketiadaann investasi yang cukup signifikan untuk memperbaiki daya saing.
Jika pesimisme ini dibiarkan, perusahaan akan menderita kerugian yang makin besar dan berakhir pada penutupan usaha secara permanen.
Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) melihat bahwa roadmap TPT Indonesia harus berisi perencanaan dan target yang jelas.
Rencana dan target tersebut harus disertai dengan komitmen industri dan didukung dengan insentif atraktif dari pemerintah.
Implementasi aturan saat ini masih berjalan parsial sehingga itikad baik pemerintah tidak sepenuhnya berdampak baik pada keseluruhan rantai industri, khususnya TPT yang memiliku tiga kelompok besar (hulu, antara dan hilir).
Ketua Umum APSyFI, Ravi Shankar menyatakan bahwa terdapat beragam upaya yang dapat dioptimalkan para pemangku kepentingan dalam mengembalikan kejayaan TPT Indonesia.
Dengan posisi strategisnya, Indonesia diharapkan memiliki strategi untuk meningkatkan daya saing di pasar internasional yang tentu harus diikuti dengan investasi untuk domestik.
“Indonesia merupakan pasar potensial, terbesar di Asia Tenggara yang tentu tingkat konsumsinya meningkat terus. Di sisi lain, kita juga punya beragam manufaktur yang bisa mensubstitusi produk yang selama ini didapatkan melalui impor," kata Ravi, Kamis (11/5/2017).