Mengupas Pola Permainan E-Commerce Indonesia yang Semakin Inovatif
Industri e-commerce tanah air tengah semarak dengan perhelatan Indonesia E-Commerce Summit and Expo
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, SERPONG - Industri e-commerce tanah air tengah semarak dengan perhelatan Indonesia E-Commerce Summit and Expo (IESE) 2017 yang diselenggarakan sejak kemarin (9/5) sampai Kamis besok (11/5) di Indonesia Convention and Exhibition (ICE), BSD.
Acara yang digelar Indonesia E-Commerce Association (idEA) ini mendapat dukungan penuh dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Perdagangan, Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAFT), serta Dyandra Promosindo.
Event yang menghadirkan rangkaian Summit dan Workshop ini menjadi perhatian para peserta yang semakin haus informasi akan bisnis e-commerce, termasuk bagaimana mengulik pola permainan e-commerce yang semakin inovatif agar dapat menang dalam persaingan.
Ketua Umum Indonesia E-Commerce Association (idEA), Aulia E Marinto menjelaskan bahwa pelaksanaan IESE yang pertama tahun 2016 lalu tidak hanya bermanfaat bagi peserta yang hadir, namun seluruh stakeholders industri ini.
Tahun 2016 merupakan tahun yang penting bagi pelaku e-commerce di Indonesia dan Asia Tenggara yang memiliki total penduduk mencapai 600 juta orang.
“Ini tentu menjanjikan bagi raksasa-raksasa e-commerce global untuk berlomba-lomba memasuki pasar Asia Tenggara, sehingga menjadikan kawasan ini mencapai posisi keemasan dan strategis dalam persaingan global. Maka tidak berlebihan terminologi Jack Ma (pendiri Alibaba) yang menyebutkan bahwa 2016 adalah tahun pembuka, dan 2017 adalah tahun utama bagi industri e-commerce, ungkap Aulia.
Lebih lanjut, Aulia juga menjelaskan bahwa pemerintah berharap menjadikan Indonesia sebagai The Digital Energy of Asia.
Diawali dengan pengumuman peta jalan e-commerce oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian Komunikasi dan Informatika pada November 2016 yang terdiri dari 7 pilar mulai dari pendanaan, perpajakan, perlindungan konsumen, pendidikan dan SDM, logistik, infrastruktur komunikasi, keamanan siber, serta ditambah 31 inisiatif lintas sektor yang harus diimplementasikan secara disiplin, tepat waktu, dan tepat sasaran.
Memasuki tahun 2017, pemain lokal, regional, dan global mulai meningkatkan pola permainan mereka dan semakin inovatif.
Berbagai inovasi model bisnis muncul mulai dari belanja online kebutuhan bisnis, sampai belanja produk finansial, dan semuanya semakin menarik investor serta pasar.
“Melihat prospek luar biasa ini, artinya keinginan dan harapan bahwa Indonesia menjadi ‘The Next China atau India’ dalam dunia e-commerce tidak mustahil untuk dicapai. Oleh karena itu, perlunya sinkronisasi effort yang harus diupayakan bersama-sama oleh seluruh ekosistem industri ini, agar akselerasi maksimal bisa terjadi. Melalui IESE ini, kita berupaya untuk mengupas segala hal tentang e-commerce mulai dari pemberdayaan, akselerasi, hingga pemecahan masalah,” jelas Aulia.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara juga memberikan arahan bahwa pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi digital Indonesia bisa mencapai 11% dari total produk domestik bruto (PDB) pada 2020 atau sekitar US$130 miliar.
Pemanfaatan ekonomi digital juga sejalan dengan target pemerintah dalam hal pemerataan. Ekonomi digital memiliki tiga fokus utama mulai dari ekonomi sharing (berbagi), pengentasan UMKM (usaha mikro kecil dan menengah), serta inklusi keuangan.
Dalam hal ekonomi sharing, Rudiantara memberikan contoh kasus Gojek yang berhasil mengubah pola transportasi konvensional. Bahkan, aplikasi Gojek ini menarik bagi kota lain, seperti kota Rio de Jeneiro, Brasil yang memiliki kondisi yang hampir sama dengan Jakarta.
Untuk fokus pengentasan UMKM, Menteri mengambil contoh seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Elevania yang memfasilitasi para pengusaha UMKM di pelosok tanah air untuk bisa memasarkan produknya tidak hanya di dalam negeri, bahkan luar negeri.
Dan dalam inklusi keuangan, Menteri mencontohkan salah satu bank yang membuat layanan nomor ponsel menjadi nomor rekening, dimana ini merupakan salah satu terobosan yang bisa dijajaki dunia perbankan.
Rudiantara juga mengingatkan bahwa ke depannya ekonomi Indonesia tidak akan lagi berfokus pada Sumber Daya Alam (SDA) namun beralih ke basis layanan (services).
Oleh karena itu, dunia usaha yang masih menggunakan cara-cara konvensional diharapkan mulai mengadopsi basis digital agar tidak tergerus dengan teknologi yang berkembang sangat pesat.