Waspada, The Fed Kerek Lagi Suku Bunga
Suku bunga terbaru ini lebih berdampak pada utang yang bunganya mengalami penyesuaian serta utang bergulir seperti kartu kredit dan pinjaman KPR.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - The Federal Reserve menyetujui kenaikan suku bunga acuan kedua di 2017, kendati tingkat inflasi berada di bawah target bank sentral.
Selain itu, sebagai tambahan, the Fed juga memberikan penjelasan lebih detil mengenai bagaimana mereka akan menjalankan normalisasi neraca senilai US$ 4,5 triliun atau portofolio dari obligasi yang meliputi Surat Utang, surat utang berbasis KPR, dan utang lembaga pemerintah.
Seperti yang sudah diantisipasi sebelumnya oleh market, Federal Open Market Committee menaikkan target suku bunga acuan sebesar 0,25%. Dengan demikian, kisaran suku bunga acuan AS terbaru menjadi 1% hingga 1,25%. Posisi suku bunga saat ini adalah 0,91%.
Suku bunga terbaru ini lebih berdampak pada utang yang bunganya mengalami penyesuaian serta utang bergulir seperti kartu kredit dan pinjaman KPR. Tingkat bunga utama yang digunakan bank sebagai dasar untuk suku bunga biasanya meningkat setelah kenaikan suku bunga The Fed.
Bank sentral AS kini meyakini tingkat inflasi akan turun di bawah target 2% tahun ini. The Fed menyatakan, tingkat inflasi mengalami penurunan beberapa waktu terakhir meskipun anggaran belanja rumah tangga mencatatkan kenaikan dalam beberapa bulan terakhir. Pernyataan ini sedikit meningkat dibanding pernyataan pada Mei lalu yang mengatakan anggaran rumah tangga bergerak stagnan.
Pernyataan tersebut juga menggarisbawahi bahwa tingkat inflasi dalam 12 bulan ke depan diramal akan tetap di bawah target 2% dalam jangka pendek, namun stabil.
Di atas kenaikan suku bunga, komite mengatakan akan memulai proses normalisasi portofolio neraca berjalan pada tahun ini. Hasil notulensi rapat Mei lalu mengindikasikan anggota The Fed sudah mulai mendiskusikan mengenai penetapan batas jumlah nilai obligasi yang akan dilepas setiap bulannya seiring dilakukannya kebijakan prosedur penginvestasian kembali.
Meski demikian, banyak pengamat the Fed tidak menyangka FOMC akan memasukkan isu neraca dalam pernyataan resminya itu, yang mana Pimpinan The Fed Janet Yellen lebih cenderung membahas masalah ini dalam konferensi pers pasca pertemuan FOMC.
"Ini pernyataan yang cenderung hawkish dan mengejutkan. Kombinasi antara kenaikan suku bunga dan penyusutan neraca sama dengan pengetatan kebijakan moneter saat inflasi lebih rendah dari target. Itu merujuk pada hasil kurva yang mendatar," jelas Kathy Jones, senior fixed income strategist Charles Schwab.
Pernyataan The Fed mengenai program tersebut menunjukkan, kebijakan tersebut ditargetkan akan dimulai tahun ini, meski tidak dijelaskan secara spesifik mengenai tanggal pastinya.
"Komite menargetkan akan mulai mengimplementasikan proses normalisasi neraca berjalan mulai tahun ini, mengingat perekonomian sudah mengalami perubahan seperti yang diantisipasi," demikian pernyataan The Fed.
Berdasarkan informasi yang dirilis Rabu (14/6), batas nilai neraca yang akan dilepas dimulai dari US$ 6 miliar per bulan untuk tingkat cicilan pokok dari obligasi yang akan dilepaskan tanpa diinvestasikan kembali. Sisanya akan diinvestasikan kembali.
The Fed akan menaikkan batas atas mulai US$ 6 miliar dalam setiap kuartal hingga 12 bulan sampai batas atas tersebut mencapai US$ 30 miliar per bulan.
Untuk agensi dan utang KPR, batas atas yang ditetapkan akan mencapai US$ 4 miliar per bulan, dengan kenaikan kuartalan US$ 4 miliar hingga mencapai level US$ 20 miliar per bulan.
Saat kedua target tercapai, total pelepasan obligasi per bulan akan mencapai US$ 50 miliar. Sejumlah anggota The Fed mengatakan bahwa mereka memprediksi program pelepasan obligasi akan berlanjut hingga neraca mencatatkan penurunan ke kisaran US$ 2 triliun hingga US$ 2,5 triliun.
Sumber : CNBC