Peritel Babak Belur Dihajar Online Shop dan Tarif Sewa Ruangan yang Mahal
"Ekspansi lanjut tapi agak sulit. Kami tetap mencari tempat baru kalau ada peluang. Kami bukan pemilik, hanya penyewa."
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sudah jatuh tertimpa tangga. Seperti yang kita tahu, kondisi bisnis ritel sedang lesu akibat melemahnya daya beli masyarakat. Celakanya lagi, pelaku usaha ritel mengeluh biaya sewa tempat atau toko di pusat perbelanjaan kini malah meningkat.
Tak pelak, mereka terpaksa menahan ekspansi untuk membuka gerai baru. Tutum Rahanta, Direktur Pojok Busana, mengatakan, pihaknya sulit membuka gerai baru di Jakarta. Selain tarif sewa lebih mahal, segmen pasar yang dibidik Pojok Busana juga berbeda.
"Ekspansi lanjut tapi agak sulit. Kami tetap mencari tempat baru kalau ada peluang. Kami bukan pemilik, hanya penyewa," katanya kepada KONTAN, Senin (17/7/2017).
Meski begitu, Tutum bilang, rencana pembukaan gerai baru masih dipertimbangkan. Sedangkan realisasi tergantung pasar.
Stefanus Ridwan, Ketua Asosiasi Pusat Perbelanjaan Indonesia (APBI) berdalih, tidak ada kenaikan tarif sewa toko yang banyak dikeluhkan oleh pengusaha ritel. Yang terjadi adalah penyesuaian harga sewa.
"Juga tidak relevan bila periteltetap mengharapkan harga sama dibandingkan pertama kali menyewa lima tahun lalu," ujarnya.
APBI membantah jika tahun ini ada kenaikan sewa toko sebesar 300%. Justru, ada sejumlah pengelola mal yang memberikan diskon dan memberikan kemudahan agar mau menyewa tempat mereka .
Mereka yang merasa sewa toko menjadi mahal, karena pada saat pertama kali sewa lima tahun lalu mendapat harga diskon. Misalnya, semestinya Rp 300.000 per bulan, hanya membayar Rp 100.000 per bulan. "Setelah lima tahun, bolehlah kami balik lagi ke harga normal. Itu yang dibilang naik 300%," bebernya.
Sebab itu, Stefanus meminta para peritel tidak perlu cemas terhadap pengelola mal yang menaikkan tarif sewa. Peritel yang menyewa di mal kelas atas biasanya tidak memperpanjang sewa. Di sisi lain, Stefanus tetap optimistis, pusat perbelanjaan tidak akan kalah pamor dengan masifnya pasar online dan bisnis e-commerce. Pasalnya, tidak semua orang merasa puas berbelanja daring.
Enggartiasto Lukita, Menteri Perdagangan, berpendapat, pusat perbelanjaan harus inovatif. Bila tidak, peritel akan mencari tempat lain yang lebih baik dengan biaya sewa lebih murah. Menurutnya, peritel akan mencari tempat dengan demand besar dan harga murah. "Pusat perbelanjaan harus lebih atraktif menarik para pengunjung datang ke pusat perbelanjaan miliknya," saran menteri.
Enggar menambahkan, peningkatan penjualan bisa dilakukan dengan membikin even, fasilitas, dan sewa dengan yang lebih baik.
Reporter Andy Dwijayanto