Penjualan Sebagian Saham Direksi BCA Tak Pengaruhi Kinerja Keuangan Perseroan
Sejumlah petinggi PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjual sebagian sahamnya kepada publik.
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sejumlah petinggi PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjual sebagian sahamnya kepada publik.
Mereka yang menjual sahamnya antara lain, Direktur Kepatuhan BBCA Subur Tan, Direktur BBCA Henry Koenaifi, dan Presiden Direktur BBCA Jahja Setiaatmadja.
Subur Tan menjual 100.000 saham BBCA dengan harga jual sebesar Rp 19.000 per saham pada 11 September.
Henry Koenaifi pada 13 September lalu, ia menjual 20.000 saham seharga Rp 19.125 per saham.
Jahja Setiaatmadja juga ikut menjual sebagian sahamnya. Ia melepas 50.000 lembar saham di harga Rp 19.100 per saham.
Baca: Gunung Agung Berstatus Siaga, Warga Sekitar Diimbau tidak Mendaki dalam Radius 6 Km
Per Juni 2017, kepemilikan Jahja S mencapai 0,04 persen dengan jumlah lembar saham 8,8 juta lembar; Henry K memiliki 925,26 ribu lembar saham; dan Subur Tan memiliki 3,3 juta lembar.
Menurut Analis Senior Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, adanya penjualan saham yang dilakukan oleh beberapa Direksi BBCA masih wajar dilakukan untuk kepentingan pribadinya masing-masing dan bukan diartikan kurangnya andil dari beberapa direksi tersebut terhadap perkembangan BBCA ke depannya.
"Dengan demikian, adanya penjualan tersebut tidak banyak mempengaruhi besaran persentase kepemilikan para direksi tersebut terhadap susunan pemegang saham. Bahkan terhadap kinerja keuangan pun juga tidak banyak berimbas," ujar Reza, Selasa (19/9/2017).
Dari informasi yang diperoleh, kinerja BBCA hingga semester pertama 2017 membukukan perolehan laba mencapai Rp 10,5 triliun atau mengalami peningkatan 10 persen dibanding pencapaian periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 9,6 triliun.
Adapun salah satu pendongkrak pertumbuhan laba BBCA antara lain dari menurunnya biaya pencadangan.
Pos ini menurun 53,3 persen per Juni 2017 menjadi Rp 936 miliar dari Rp 2 triliun pada periode tahun sebelumnya.
Dengan kata lain, potensi akan terjadinya kredit macet kian menurun.
BBCA tetap berupaya mencoba mengendalikan biaya operasional guna menekan tergerusnya laba.
Selain itu, juga akan meningkatkan volume usaha atau pertumbuhan kredit perseroan.
Selain penurunan pencadangan, laba perseroan ditopang oleh biaya pendapatan. P
Pendapatan bunga bersih dan pendapatan lainnya yang mengalami kenaikan 4,9 persen menjadi Rp 27,4 triliun di semester I 2017 dibanding periode tahun lalu Rp 26,1 triliun.
Pendapatan bunga bersih pun masih berkontribusi sebesar 74,3 persen terhadap total pendapatan operasional yang mencapai Rp 27,41 triliun.
Sementara itu, penyaluran kredit BCA tercatat tumbuh 11,9 persen secara tahunan menjadi Rp 433,61 triliun pada paruh pertama tahun lalu.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.