Perhutani Dorong Perilaku Green Consumer Makin Meluas
Saat ini konsumen tidak melihat harga sebagai penentu pemilihan produk, melainkan kepercayaan terhadap perusahaan yang bereputasi ramah lingkungan
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna mengajak konsumen kayu dan masyarakat untuk peduli kelestarian hutan dengan menggunakan produk-produk berbahan baku berasal dari hutan yang dikelola perusahaan secara bertanggung jawab terhadap lingkungan.
"Konsumen bisa menerapkan wawasan ramah lingkungan di setiap tindakan konsumsinya," kata Denaldy di Jakarta, Senin (25/9).
Menurutnya, saat ini konsumen tidak lagi hanya melihat harga sebagai faktor penentu pemilihan produk, melainkan juga kepercayaan terhadap perusahaan yang bereputasi ramah lingkungan dan memiliki komitmen sosial.
Perhutani terus mendorong perilaku green consumer bisa semakin meluas apalagi perusahaan-perusahaan kehutanan di Eropa, USA bahkan Afrika Selatan penghasil produk kayu dan kertas telah melakukan hal ini.
"Sebagai produsen kita berperan memberi edukasi dan mengajak masyarakat global ambil bagian dalam
pelestarian lingkungan, khususnya hutan," katanya.
Berdasarkan hasil survei Nielsen tahun 2015 menunjukkan bahwa 66% responden global
bersedia membayar lebih untuk produk dan layanan yang berasal dari perusahaan yang
berkomitmen terhadap sosial dan lingkungan yang positif, naik dari 55% pada tahun 2014,
termasuk responden generasi Z (15-20 tahun) kenaikan menjadi 72% dibanding tahun 2014
sebesar 55%.
"Siapapun bisa ikut serta melestarikan hutan. Hal sederhana yang bisa dilakukan adalah
menggunakan produk-produk yang jelas berasal dari sumber yang bisa dipertanggungjawabkan
dan memberi manfaat sosial bagi masyarakat. Informasi untuk menengarai produk ramah
lingkungan sudah banyak di pasaran" kata Denaldy.
Pengelolaan hutan Perhutani telah menerapkan sepuluh prinsip Sustainable Forest Management
mengacu standar internasional Forest Stewardship Council (FSC).
Bahkan pada tahun 1990, Perhutani merupakan perusahaan kehutanan pertama di dunia yang mendapat sertifikat Internasional “Sustainable Forest Management” dari Smartwood Rain Forest Allience , lembaga
sertifikasi kehutanan dari Amerika Serikat.
Meskipun sertifikat pernah ditangguhkan pada awal reformasi tahun 1998 karena kasus penjarahan hutan, namun Perhutani mampu melakukan perbaikan berkelanjutan sehingga meraih kembali sertifikat FSC pada 2011.
Hasil studi komprehensif FSC tahun 2015 menunjukkan bahwa sekitar 300 juta m3 kayu bersertifikasi
FSC-FM/CoC dipanen setiap tahun. Sampai dengan September 2017, terdapat 197.817.395 Ha hutan
bersertifikat FSC-FM/CoC di 84 Negara di dunia termasuk Indonesia.
Di Indonesia, terdapat 39 perusahaan pengelola hutan atau Forest Management (FM) memperoleh sertifikat FSC FM/CoC, dengan total hutan seluas 4.089.332 Ha, termasuk wilayah hutan Perhutani di pulau Jawa seluas 276.864 Ha.
Unit manajemen pengelolaan Perhutani yang bersertifikat FSC FM/CoC adalah Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH) Cepu, KPH Randublatung, KPH Ciamis, KPH Kebonharjo, KPH Kendal,
KPH Madiun, KPH Banyuwangi Utara, KPH Banten dengan skema sertifikat multisite bernomor
SGS-FM/CoC-010716 berlaku hingga tahun 2021.
Selain itu, seluruh wilayah pengelolaan hutan Perhutani di 57 KPH juga telah lolos verifikasi
standar FSC Controlled Wood sejak 2014 dengan nomor verifikasi SGS CW/FM-010314.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.