Angkat Presdir Baru, Bisnis Fujifilm Merambah Alat Kesehatan dan Produk Perawatan Kulit
Sejak tahun 2016, seluruh lini bisnis Fujifilm sudah berada di bawah naungan PT Fujifiulm Indonesia.
Penulis: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Siapa tak kenal dengan nama Fujifilm? Nama ini identik dengan merek produk film kamera dan kamera untuk memoret. Tidak salah memang. Tapi, bisnis Fujifilm di Indonesia kini tidak hanya itu. Tapi sudah merambah ke bisnis-bisnis lain seperti produk alat medikal (kesehatan) berteknologi tinggi sampai produk kecantikan terutama produk perawatan kulit.
Karena bisnisnya kini diperluas, Fujifilm pun memutuskan menunjuk direksi baru yang memiliki pengalaman luas menggarap bisnis ini.
Perusahaan asal Jepang ini resmi menunjuk Mr Noriyuki Kawakubo sebagai Presiden Direktur PT Fujifilm Indonesia yang baru menggantikan Mr. Masatsugu Naito.
Mr Noriyuki Kawakubo dipilih karena pria yang resmi bergabung di grup Fujifilm sejak 2010 ini memiliki pengalaman luas di bisnis produk alat-alat medikal. Kehadirannya sebagai orang nomor satu di Fujifilm Indonesia diharapkan bisa membesarkan lini bisnis baru Fujifilm di Indonesia. Kawakubo resmi menduduki posisi Presdir sejak Juli 2017.
“Sesuai dengan filosofi perusahaan kami untuk membuat teknologi termutakhir agar dapat
memberikan produk dan jasa dengan kualitas tinggi, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
orang-orang di seluruh dunia. Fujifilm juga hadir di Indonesia melalui berbagai macam lini
bisnisnya untuk berkontribusi ke masyarakat melalui produk-produk kami,” ujar Kawakubo di acara pengenalan dirinya kepada media di Hotel Raffles, Jakarta, Rabu (27/9/2017).
Dia menjelaskan, sejak tahun 2016, seluruh lini bisnis Fujifilm sudah berada di bawah naungan PT Fujifiulm Indonesia setelah sebelumnya berada di bawah manajemen PT Modern Internasional selama beberapa dekade.
Lini bisnis ini mencakup divisi Electronic Imaging (kamera dan lensa), divisi Photo Imaging
(mesin pencetak foto, kertas foto dan instax), divisi Graphic Art (mesin digital printing dan offset) ,
divisi Medical (alat-alat kesehatan), divisi Industrial Products (Prescale dan NDT), dan divisi Life
Science (perawatan kulit).
“Kami akan memaksimalkan kegunaan segmen bisnis perusahaan untuk mencapai
perkembangan yang bekelanjutan dengan menanggulangi berbagai macam isu sosial serta
menjadi pemimpin dalam transisi untuk masyarakat yang lebih baik,” ungkap Kawakubo.
Bisnis healthcare masuk lini bisnis Information Solutions dan menjadi new business bagi Fujifilm di Indonesia. Tapi di secara global di dunia, bisnis ini telah berkontribusi 17 persen terhadap semua bisnis Fujifilm.
Di Indonesia, pendapatan Fujifilm masih didomonasi oleh bisnis tradisional di produk imaging. Ke depan, akan bergeser seiring dengan masuknya new business. "Tapi kami akan pertahankan bisnis tradisional ini di Indonesia dan memgembangkan new business yang ada," ungkap Kawakubo.
Tjahjo Kuntjoro, GM Photo Imaging Division PT Fujifilm Indonesia menjelaskan, untuk produk CLP saat ini Fujifilm menjadi pemegang market share terbesar. "Kalau produk Instax, kita satu satunya pemain di segnen ini. Untuk kertas film kita juga market leader," jelasnya.
Jatmiko Dwiwantoro, National Sales Manager Medical Fujifilm Indonesia mengatakan, kebijakan universal healthcare coverage yang dijalankan Pemerintah melalui BPJS Kesehatan ikut mendoorng tumbuhnya bisnis produk medical di Indonesia.
"Ini jadi kesempatan bagi produk medical Fujifilm untuk berkembang di Indonesia, terutama untuk produk-produk back end. Kita baru mulai sekarang. Untuk bisa menjual produk medical di Indonesia prosesnya tidak mudah. Harus melakui proses registrasi di Kementerian Kesehatan dan itu memakan waktu antara enam bulan sampai satu tahun," jelasnya.
PT Fujifilm Indonesia sendiri statusnya kini menjadi anak usaha langsung dari Fujifilm Holdings Corporation.
Berkantor pusat di Kota Kasablanka, Jakarta, perusahaan ini resmi didirikan pada 29 September 2011 dengan kantor cabang di Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Makassar serta kantor respresentasi di Medan dan Palembang.
Penulis: Choirul Arifin