Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Dana Kelolaan Reksadana Merosot di Bulan Oktober, Apa Penyebabnya?

"Naiknya IHSG sangat dipengaruhi saham blue chip, sehingga portofolio reksadana pada umumnya yang kombinasi dengan second liner belum meningkat."

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Dana Kelolaan Reksadana Merosot di Bulan Oktober, Apa Penyebabnya?
TRIBUNNEWS/SENO
Papan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (22/6/2017) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Total dana kelolaan reksadana saham per Oktober 2017 secara month-on-month (mom) catatkan penurunan di antara dana kelolaan reksadana jenis lain yang positif.

Berdasarkan data Infovesta Utama, Jumat (10/11/2017), tercatat dana kelolaan reksadana pasar uang tumbuh paling tinggi sebesar 11,25% mom. Di periode yang sama dana kelolaan reksadana pendapatan tetap tumbuh 6,65%, reksadana saham tercatat turun 2,16%, dan reksadana campuran naik 1,41%.

Meski, tercatat secara mom dana kelolaan reksadana saham turun, reksadana saham masih memimpin jumlah terbesar dana kelolaan dari jenis reksadana lain, sebesar Rp 119,33 triliun.

Selanjutnya secara berurutan ditempati reksadana pendatapan tetap, reksadana pasar uang dan reksadana campuran.

Markam Halim, Managing Director, Head Sales and Marketing Henan Putihrai Asset Management mengatakan, turunnya dana kelolaan reksadana saham lebih disebabkan karena profit taking dan Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang menurun mengingat kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) capai level 6.000.

"Naiknya IHSG sangat dipengaruhi saham blue chip, sehingga portofolio reksadana pada umumnya yang kombinasi dengan second liner belum berhasil meningkat," kata Markam, Minggu (12/11/2017).

Baca: Jalan Tol Becakayu yang Baru Diresmikan Jokowi Akhirnya Benar-benar Dijual Waskita Karya

Berita Rekomendasi

Baca: Membaca Strategi Bertahan dari Jerat Hukum KPK Ala Setya Novanto

Senda, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan, turunnya dana kelolaan reksadana saham bisa jadi karena profit taking meski pada saat yang bersamaan ada juga investor yang masuk. Namun, jumlah investor yang masuk belum sebanyak investor yang profit taking karena menunggu waktu yang tepat.

Kompak, Head of Business Development Majoris Asset Management Tandy Cahyadi mengatakan, kemungkinan ada tipe investor yang melakukan profit taking dan membuat dana kelolaan reksadana saham anjlok. Namun, di sisi lain Tandy melihat masih banyak tipe investor yang masih tetap fokus pada tujuan finansial jangka panjangnya dan masih berinvestasi di reksadana saham.

Tandy memproyeksikan di 2018 reksadana saham masih akan memberikan potensi yang baik mengingat fundamental ekonomi yang terjaga dan langkah-langkah strategis pemerintah dan Bank Indonesia dalam mendukung perekonomian Indonesia.

"Kebetulan untuk dana kelolaan reksadana saham di Majoris masih stabil di bulan ini, namun memang reksadana syariah pendapatan tetap kami yang baru diluncurkan sudah mendapatkan dana kelolaan di atas Rp 100 miliar, kata Tandy, Jumat (10/11).

Rudiyanto juga mengatakan laporan keuangan dan indikator pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik di tahun depan dan menjadi sentimen bagi reksadana saham yang akan sejalan kinerjanya dengan kenaikan IHSG.

Sementara Markam mengatkan prospek reksadana saham akan membaik dengan MI yang mencoba me-reprofile dan mengubah strategi. Selain, PE di tahun depan diperkirakan akan menurun seiring dengan pertumbuhan laba para emiten yang membaik.

Reporter: Danielisa Putriadita 

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas