Proyeksi Ekonomi Tahun 2018 Hadapi Tahun Politik dan Indikasi Siklus 10 tahunan
Pemerintah pun menargetkan pada 2018 pertumbuhan ekonomi 2018 mencapai 5,4 persen atau meningkat 0,3 persen dari target 2017 sebesar 5,1 persen.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM -- Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2018 diprediksikan akan mengalami lonjakan meskipun menghadapi tahun politik dan indikasi krisis ekonomi 10 tahunan seperti yang pernah terjadi pada 1998 dan 2008.
Pemerintah pun menargetkan pada 2018 pertumbuhan ekonomi 2018 mencapai 5,4 persen atau meningkat 0,3 persen dari target 2017 sebesar 5,1 persen.
Baca: Setelah Menikah 25 Tahun, Nurdin-Mulyanah Akan Miliki Akta Kelahiran Anak-anak Mereka
Menurut peneliti dari Institute For Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, angka yang ditargetkan oleh pemerintah terlalu tinggi pasalnya pertumbuhan ekonomi tahun 2017 stagnant atau tidak melaju derastis.
“Untuk target pertumbuhan ekonomi terlau tinggi 5,4 persen, sedangkan 2017 ini targetnya 5,1 persen nah sekarang masih 5,01 persen kalau dilihat dari capaian sekarang sih harusnya targetnya 5,1 persen,” ungkap Bhima kepada Tribunnews.com, Rabu (27/12/2017).
Terlebih dengan digelarnya pemilihan kepala daerah (PILKADA) serempak di 171 daerah saat tahun 2018 para investor asing diprediksikan lebih memilih ‘wait and see’ hingga pilkada selesai.
Meskipun investor asing menurun tetapi investor dari dalam negeri diperkirakan akan melonjak.
“Terpengaruh pilkada iklim investasi didominasi investor domestik, dan investasi juga tidak akan mengalami lonjakan yang signifikan di tahun 2018,” ungkap Bhima.
Sementara itu Bhima menuturkan dengan adanya Pilkada belanja negara diperkirakan akan meningkat daya beli negara.
Terlebih selain Pilkada pada tahun 2018 Indonesia menjadi tuan rumah perhelatan besar seperti Asian Games 2018 dan International Monitory Fund (IMF) 2018.
Maka pemerintah pun diharapkan berhati-hati dalam menentukan keputusan dibidang ekonomi terutama soal pajak untuk menjaga iklim usaha.
Kemudian ekspor barang-barang jadi juga disarankan agar ditingkatkan karena memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
"Agar lebih kondusif menjaga stabilitas keamanan itu penting dengan mengoptimalkan ekspor barang jadi karena nilai tambahnya bagus dan infrastruktur juga harus makin tumbuh optimal, jadi percepatan konektivitas bukan cuma orang tapi juga barang," ungkap Bhima.
Sedangkan mengenai siklus krisis 10 tahunan, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Sri Soelistyowati menyebutkan tidak akan terjadi.