Dirut bjb: Tantangan Teknologi dan Generasi Tidak Bisa Ditawar
Catatan gemilang yang diraih bank bjb sepanjang tahun 2017 tidak lepas dari kesigapan dalam melakukan penyesuaian terhadap perkembangan zaman.
TRIBUNNEWS.COM - Catatan gemilang yang diraih bank bjb sepanjang tahun 2017 tidak lepas dari kesigapan dalam melakukan penyesuaian terhadap perkembangan zaman. Adopsi teknologi, inovasi dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia menjadi tiga aspek penting yang selalu ditekankan manajemen bank bjb.
Bukan tanpa alasan, pasalnya perkembangan teknologi enggan berjalan konstan. Dampaknya, hadir seleksi alam guna melibas mereka yang enggan bergerak dinamis dan berinovasi mengikuti perkembangan zaman, tidak terkecuali pada industri perbankan.
"Bank harus mengikuti tren yang berkembang. Kini dunia dikuasai oleh generasi Y dan Z yang mengedepankan teknologi. Artinya bank akan ketinggalan jika tidak melakukan pemutakhiran teknologi. Adaptasi teknologi tidak dapat ditawar," ujar Direktur Utama bank bjb Ahmad Irfan saat menjadi pembicara pada Bandung Year-End Confrence, Festival of Resolution, di Bandung, (19/12/2017) lalu.
Khusus di Jawa Barat, Badan Pusat Statistik pada tahun 2016 mencatat populasi penduduk didominasi oleh generasi Y dan Z atau manusia dengan golongan umur antara 7 hingga 37 tahun. Temuan tersebut berlaku di 28 kabupaten dan kota seluruh Jabar.
Dari data tersebut terungkap bahwa generasi Y dan Z hadir sebagai potensi pasar terbesar bagi perjalanan bisnis bank bjb. Namun, lagi-lagi patut disadari bahwa generasi Y dan Z memiliki preferensi serta karakteristik yang berbeda dengan para pendahulunya.
Tentu saja hal tersebut turut disertai adanya perbedaan selera dan ekspektasi, termasuk soal produk perbankan. Pasalnya generasi Y dan Z lebih menggemari pola interaksi berbasis online yang dapat memberikan solusi secara digital.
"Generasi baby boomers dan X sebentar lagi akan hilang. Maka mau tidak mau perbankan harus dapat mengikuti generasi penerus agar produknya dapat bertahan. Ini permintaan pasar maka perbankan harus mengantisipasi," ujar Ahmad Irfan.
Dengan perkembangan itu, bank bjbkini sudah mengambil langkah strategis dengan melakukan pendekatan produk dan jasa yang sesuai perkembangan zaman. Alasan yang kemudian tetap menjadikan bank bjb sebagai Regional Champions.
Salah satunya, berkomitmen meningkatkan inovasi pada produk dan jasa melalui layanan berbasis digital seperti bjb mobile, bjb sms, bjb digi, e-money server based hingga card based.
"Sekarang sudah masuk pada digital banking dan bank bjb sudah mengarah kesana. Sudah banyak perbankan yang hilang karena perkembangan milenial dan teknologi. Perkembangan teknologi tidak dapat ditawar lagi," ujar Ahmad Irfan.
Salah satu wujud teknologi terdapat pada layanan fintech yang dalam kurun waktu dua tahun terakhir telah mampu meraup transaksi hingga Rp 3 triliun. Ahmad Irfan memprediksi di tahun 2020 fintech akan mampu menghasilkan Rp 7 triliun. Artinya jika perbankan dan regulator tidak bergerak cepat maka akan tertinggal dari sisi payment.
Lalu bagimana dengan kredit konvensional? bank bjb telah menyiapkan pondasi terkait kredit berbasis online. Tentu tetap mengedepankan lima prinsip yakni karakter, kapasitas, kapital, kolateral dan kondisi.
"Kami sudah memilah dan bisa melakukan kredit secara online. Namun tetap melakukan mitigasi risiko. Jangan takut dengan fintech karena bukan musuh perbankan," ujar Ahmad Irfan.
Konsep tersebut bukan tidak mungkin dilakukan oleh BPD. Namun, lantaran BPD memiliki keunikan yaitu dukungan kuat pemerintah daerah, baik dari sisi supply maupun demand, yang justru kerap membuatnya berada pada zona nyaman.
"Catat! bank bjb jangan berada pada zona nyaman. Bangkit dan terus lakukan inovasi karena kualitas sumber daya manusia bank bjb sudah sangat menjanjikan," ujar Ahmad Irfan.
Sementara untuk captive market utama bank bjb memang berada pada penyaluran kredit konsumer yang mayoritas bersumber dari nasabah PNS. Setidaknya bank bjb memiliki sekitar 400.000 payroll PNS di Jabar dan Banten yang menjadi tonggak dalam mengembangkan bisnis. Lalu kredit komersial hadir sebagai pilar kedua bisnis bank bjb.
"bank bjb tetap akan fokus pada core business utama yaitu kredit konsumer sebagai pilar pertama. Di pilar kedua akan fokus pada kredit komersial untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Tujuannya agar berimbang antara produktif dan konsumtif," ujar Ahmad Irfan.
Diikuti oleh kredit Mikro serta KPR sebagai pilar ketiga dan keempat dalam mendukung laju pertumbuhan bisnis internal. Untuk itu bank bjb menargetkan kredit mikro tumbuh sekitar 29 persen pada tahun 2018 mendatang melalui beragam fasilitas yang diberikan seperti program CSR Kewirausahaan bjb dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Terpadu (Pesat).
Selain itu bank bjb juga akan mengembangkan sistem transaksional banking untuk mempertahankan likuiditas yang sustainable. Lalu penyaluran kredit yang berkualitas akan ditingkatkan serta menekan rasio kredit bermasalah.
"Saya punya mimpi pada tahun 2018 hingga 2020, bank bjb menjadi transaksional banking. Tinggalkan kredit beresiko tinggi namun hadapi kredit beresiko rendah," ujar Ahmad Irfan.